Fortune Recap
- PT Ceria Nugraha Indotama akan didukung oleh Glencore Plc dalam membangun pabrik logam baterai dan mendekati rencana IPO pada 2025.
- Glencore tengah mempertimbangkan untuk membeli 10 persen saham Ceria Nugraha Indotama dan membantu pembiayaan pabrik smelter nikel high pressure acid leach.
- Rencana investasi Glencore akan menjadi jembatan bagi Ceria Nugraha Indotama dalam menjangkau pasar global, meskipun belum ada perusahaan Cina yang berpartisipasi dalam pendanaan proyek pembangunan pabrik.
Jakarta, FORTUNE - PT Ceria Nugraha Indotama, perusahaan pertambangan nikel, bakal kantongi dukungan dari Glencore Plc dalam membangun pabrik logam baterai, mendekati rencana IPO (initial public offering) pada 2025.
Pedagang komoditas global, Glencore tengah mempertimbangkan untuk membeli 10 persen saham Ceria Nugraha Indotama melalui penggalangan dana pra-IPO. Ceria Nugraha Indotama sendiri merupakan pemilik tambang nikel terbesar kelima di Indonesia.
"[Glencore juga] akan membantu pembiayaan pabrik Smelter nikel high pressure acid leach," kata Chief Executive Officer Ceria Nugraha Indotama, Derian Sakmiwata, dikutip dari Bloomberg, Kamis (13/6).
Selain itu, Glencore pun akan mengambil alih saham secara langsung pada pabrik itu, serta menandatangani perjanjian offtake guna membeli bahan baterai kendaraan listrik dari Ceria Nugraha.
Adapun, rencana Investasi Glencore diklaim akan menjadi jembatan Ceria Nugraha Indotama dalam menjangkau pasar global. Glencore menolak untuk menanggapi kabar tersebut.
Mengenai pembangunan pabrik smelter, Ceria Nugraha menargetkan itu selesai tahun ini. Perusahaan menginvestasikan $8 miliar untuk serangkaian pabrik pengolahan yang akan memproduksi bahan kimia nikel dan kobalt yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik. Sebagian akan didanai oleh hasil IPO yang rencananya digelar pada 2025.
Macquarie Group Ltd., BNP Paribas SA, dan Mandiri Sekuritas telah ditunjuk sebagai penasihat pencatatan tersebut. Sebelum IPO, perseroan akan menggalang dana melalui private sales, termasuk dari Glencore.
Secara menyeluruh, menurutnya, ada 20 persen saham Ceria Nugraha Indotama yang ditawarkan dalam putaran penggalangan dana pra-IPO.
Akankah melibatkan investor Cina?
Jikalau Glencore resmi berpartisipasi dalam pengumpulan dana pra-IPO Ceria Nugraha Indotama, maka itu meningkatkan partisipasi penambang dan pedagang global yang bermarkas di Swiss di industri nikel Indonesia.
Selain kabar itu, Glencore juga telah dilaporkan tertarik pada saham milik emiten nikel lain di Indonesia, yaitu PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel.
Adapun, sejak berlakunya larangan ekspor bijih nikel mentah pada 2020 melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019, terjadi gelombang investasi Cina menuju bidang smelter nikel di Indonesia.
Namun, pada pendanaan proyek pembangunan pabrik Ceria Nugraha Indotama, sejauh ini tak ada perusahaan Cina yang berpartisipasi, walaupun China ENFI Engineering Corp sudah dikontrak untuk pembangunannya.
Derian mengatakan, perusahaan ingin mempertahankan itu, agar produknya memenuhi syarat untuk memperoleh subsidi terkait dengan Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat.
Meskipun aturan pasti seputar usaha patungan masih belum jelas, ada kemungkinan sebuah usaha patungan dikecualikan, apabila persentase kepemilikan pada entitas Cina terlalu tinggi.
“Kami tidak mengesampingkan produk Cina, tapi kami ingin produk kami dapat diterima di pasar global,” kata Derian.