Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel, Mitratel (MTEL) Rogoh Kocek Rp10,28 T
Nilai transaksi juga meliputi biaya sewa lahan.
Jakarta, FORTUNE – Emiten menara Telkom Group, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel bakal mengakusisi 6 ribu menara telekomunikasi Telkomsel dengan total nilai transaksi Rp10,28 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi, Selasa (2/8), sesuai kesepakatan, ribuan menara yang MTEL beli tersebut akan disewakan kembali kepada Telkomsel. Adapun operator telekomunikasi itu berkomitmen memesan seribu menara BTS milik MTEL selama tiga tahun mendatang.
Sebagai timbal balik, Mitratel juga akan menyewa 712 lahan milik Telkomsel, yang akan dijadikan lokasi pendirian ribuan menara hasil akuisisi. “Jumlah (nilai transaksi) tersebut juga termasuk sewa lahan milik Tekomsel yang Mitratel bayarkan,” tulis manajemen Mitratel.
Adapun, jumlah nilai transaksi itu setara dengan 30,6 persen dari nilai ekuitas perseroan per 2021 yang mencapai Rp33,64 triliun.
Manfaat dan dampak akuisisi menara Telkomsel oleh Mitratel
Dengan transaksi akuisisi itu, Mitratel dapat memperkuat posisi sebagai pemimpin di pasar menara telekomunikasi dengan mengelola lebih dari 28 ribu tower.
Perseroan berharap portofolio transaksi bisa bermanfaat bagi pertumbuhan bisnis menara, berkat dukungan dari Telkomsel sebagai penyewa utama yang kembali merental seluruh menaranya yang diambil alih. Di samping itu, persroan juga melihat ada peluang lain dari penambahan tenant baru.
Alhasil, nilai bisnis menara dapat dimaksimalkan; kontribusi bisnis menara pun bisa meningkat; serta memaksimalkan portofolio yang beragam guna menyokong pertumbuhan berkelanjutan.
Selain itu, transaksi pengambilalihan menara itu juga salah satu realisasi alokasi pemakaian dana dari IPO Mitratel, yang sebelumnya sudah dimuat dalam prospektus. Ke depannya, aksi tersebut juga berpotensi berdampak positif terhadap naiknya harga saham MTEL.
Meski demikina, ada juga risiko bisnis yang mengintai di tengah persaingan pasar yang makin ketat. Untuk itu, MTEL harus mampu menjaga eksistensi bisnis di sektor penyediaan infrastruktur dengan terus menambah jumlah alat produksi di tempat strategis, secara tepat waktu.
Bila tak dieksekusi dengan hati-hati, ada pula risiko transaksi akuisisi tak memberi nilai finansial dalam jangka panjang. Guna mencegah hal itu, eprseroan telah membentuk satuan tugas khusus untuk transaksi itu, didukung oleh konsultan pendamping yang akan meninjau proses transaksi.