Pasar Tunggu Data Inflasi, Waspada IHSG Lanjut Koreksi
IHSG diprediksi melanjutkan pelemahan di akhir pekan.
Fortune Recap
- IHSG diproyeksikan kembali terkoreksi setelah melemah 1,29 persen di level 7.073,47 kemarin.
- Analis memprediksi IHSG akan menguji zona support 6.977 sampai dengan 7.022 sebagai target akhir dari wave (b).
- Binaartha Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak di antara support 7.010 dan resisten 7.100 hari ini.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) diproyeksikan kembali terkoreksi pada Jumat (31/1), setelah ditutup melemah 1,29 persen di level 7.073,47 kemarin.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memprediksi IHSG akan menguji zona support 6.977 sampai dengan 7.022, yang berpotensi menjadi target akhir dari wave (b).
"IHSG berpeluang untuk segera memulai reli wave (c) apabila tetap berada di atas level 6.977," kata Ivan dalam riset hariannya.
Adapun, level support IHSG berada di 6.977, 6.931, dan 6.835. Sementara level resistennya di 7.386, 7.443, dan 7.536. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.
Binaartha Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak di antara support 7.010 dan resisten 7.100 hari ini. Daftar saham pilihannya adalah AMRT, ANTM, AKRA, BBCA, dan BBRI.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas (Phintas) memprediksi IHSG melaju di antara support 7.000, pivot 7.075, dan resisten 7.150. Saham-saham yang disoroti oleh tim riset Phintars hari ini, mencakup: LSIP, TAPG, SCMA, EMTK, dan MAPI.
Head of Research Phintas, Valdy K mengatakan, IHSG melemah ke bawah support level 7.100 yang bertepatan dengan indikator MA20 di Kamis (30/1). Pergerakan yang relatif sesuai dengan perkiraan sebagai bentuk penyesuaian pelaku pasar setelah libur panjang di awal pekan ini.
Selanjutnya, perhatikan pivot area 7.050 sampai dengan 7.075. Pelemahan yang terjadi merupakan temporary normal pullback, jika IHSG bertahan pada area tersebut. Sebaliknya, jika pelemahan berlanjut ke bawah 7.050, sebaiknya waspadai minor reversal sampai dengan level psikologis 7.000 di akhir pekan ini (31/1).
Dari eksternal, keputusan ECB memangkas suku bunga acuan (30/1) dinilai turut menjustifikasi keputusan RDG BI untuk memangkas sukubunga acuan disamping justifikasi-justifikasi yang disampaikan dalam RDG tersebut. "Akan tetapi, dalam jangka pendek, kebijakan ini berpotensi memicu penguatan USD Index yang berdampak negatif pada nilai tukar rupiah," kata Valdy dalam riset harian.
Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data inflasi dan indeks manufaktur di awal pekan depan (3/2), serta lanjutan rilis kinerja keuangan 2024. BBRI dan BMRI termasuk yang dijadwalkan rilis kinerja keuangan di sisa pekan ini sampai dengan pekan depan.