Taktik SRO Pasar Modal Raih Transaksi 1 Juta Kontrak Derivatif di 2025
Langkah terbaru: merilis produk derivatif KBIA.
Fortune Recap
- BEI menargetkan transaksi produk derivatif mencapai 1 juta kontrak pada 2025, termasuk SSF dan KBIA.
- KBIA, produk derivatif BEI, akan diluncurkan pada kuartal I 2025 dengan indeks MSCI Hong Kong Listed Large Cap.
- Pasar derivatif Indonesia akan memiliki variasi investasi yang lebih luas melalui penerbitan produk baru ini.
Jakarta, FORTUNE - Sejalan dengan ekspansi instrumen investasi Derivatif, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan transaksi produk tersebut dapat mencapai 1 juta kontrak pada 2025.
"Itu termasuk SSF (Single Stock Futures/Kontrak Berjangka Saham), KBIA (Kontrak Berjangka Indeks Asing), seluruh produk derivatif," kata Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik kepada pers, dikutip Selasa (31/12).
KBIA sendiri adalah salah satu produk derivatif yang sedang BEI persiapkan peluncurannya pada kuartal I 2025. Harapannya, perdagangannya sudah dapat berjalan di pertengahan Januari.
Kemarin (30/12), para SRO pasar modal melaksanakan soft launching KBIA, dengan underlying indeks atas efek yang tercatat di bursa luar negeri. Indeks asing pertama yang menjadi acuan produk itu adalah MSCI Hong Kong Listed Large Cap.
KBIA MSCI Hong Kong Listed Large Cap memiliki ukuran kontrak sebesar Rp10.000 per poin indeks dengan leverage sampai dengan 33 kali lipat sehingga modal yang dibutuhkan untuk bertransaksi KBIA sangat terjangkau bagi investor. Untuk menjaga kewajaran transaksi dan risiko dari KBIA, rentang pergerakan harga harian atau auto rejection KBIA dibatasi sebesar 15 persen dari harga penyelesaian hari sebelumnya.
Ke depan, selain MSCI Hong Kong Listed Large Cap, BEI juga akan menjajaki kerja sama lisensi dengen penyedia indeks internasional lain, seperti Hang Seng dan Nikkei.
Melalui penerbitan produk baru ini, diharapkan pasar derivatif Indonesia akan memiliki variasi investasi yang lebih luas dan pertumbuhannya akan semakin meningkat di masa mendatang,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi.
Dari sisi pelaku bisnis sendiri, saat ini pasar modal Indonesia sudah memiliki tiga Anggota Bursa (AB) derivatif, yakni PT Binaartha Sekuritas, PT Phintraco Sekuritas, dan PT Ajaib Sekuritas. Jumlahnya ditarget terus bertambah seiring dengan perkembangan pasar.
Jeffrey berujar, "Di pipeline kami total sudah ada 16 [calon AB derivatif]."