Genjot Ekspansi, Smartfren Siapkan Capex Rp3,14 T di 2023
Smartfren akan pastikan biaya lebih efisien di 2023.
Jakarta, FORTUNE - Emiten telekomunikasi, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menganggarkan belanja modal (capital expenditure atau capex) sebesar US$200 juta pada 2023 atau setara Rp3,14 triliun (kurs Rp15.708,30). Perseroan akan menggunakan sebagian dana capex untuk menunjang ekspansi jaringan.
“Mudah-mudahan akan menjawab apa saja kebutuhan pada 2023, agar kami tetap berkembang dengan apapun yang harus (kami) kembangkan di jaringan,” kata Direktur Utama Smartfren Telecom, Merza Fachys di paparan publik virtual, dikutip Selasa (29/11).
Seiring dengan itu, Smartfren menjaga efisiensi operasional guna menjaga pertumbuhan kinerja ke depan. “Kami sepakat biaya pada 2023 lebih efisien lagi. Dengan harapan, agar level EBITDA kami terjaga dan tetap tumbuh di tingkat yang kami inginkan,” imbuhnya.
Hingga 9 bulan pertama tahun ini, Smartfren mencatatkan beban usaha senilai Rp7,85 triliun, naik tipis dari Rp7,63 triliun di periode serupa tahun lalu. Beban terbesar adalah penyusutan dan amortisasi (Rp3,26 triliun) disusul oleh beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi (Rp2,74 triliun); penjualan dan pemasaran (Rp1,01 triliun); beban karyawan (Rp673,92 miliar), serta beban umum dan administrasi (Rp154,92 miliar).
Status jaringan Smartfren per September 2022
Untuk mengoptimalkan layanan, hampir seluruh jaringan Smartfren telah didukung oleh 4G/LTE dan menjangkau 35,5 juta pelanggan secara nasional. Jumlah itu tumbuh stabil dari 32,5 juta di periode serupa tahun lalu. Perusahaan juga mencatat, rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) perseroan mencapai Rp26.000.
Konektivitas Smartfren saat ini ditopang oleh sekitar 43.000 BTS (Base Transceiver Station) yang diklaim mampu menjangkau sekitar 80 persen populasi di lebih dari 220 kota.
Adapun, sampai kuartal ketiga 2022, FREN telah membukukan pertumbuhan pendapatan 8,44 persen (YoY) dari Rp7,64 triliun jadi Rp8,29 triliun dengan laba bersih senilai Rp1,65 triliun. Perseroan berhasil membalikkan kerugian tahun lalu yang mencapai Rp441,72 miliar.
Margin EBITDA perseroan pun naik dari Rp2,81 triliun menjadi Rp3,70 triliun. Artinya, margin tumbuh dari 36,8 persen pada 9 bulan pertama 2021 jadi 44,7 persen di periode serupa pada 2022.
Sementara itu, jumlah aset Smartfren tercatat tumbuh dari Rp43,35 triliun menjadi Rp45,38 triliun. Begitu juga dengan liabilitas dan ekuitasnya yang berjumlah Rp45,38 triliun per September 2022.