Jakarta, FORTUNE – Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, mengungkapkan rencananya mengenakan Tarif (pajak) baru kepada sejumlah negara–seperti Kanada, Meksiko, dan Cina–sebagai upaya memberantas imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba, setelah ia resmi menjabat Presiden AS.
“Pada tanggal 20 Januari, satu dari perintah eksekutif pertama, saya akan menandatangani semua dokumen yang diperlukan untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen kepada Meksiko dan Kanada atas semua produk yang masuk ke Amerika Serikat, dan Perbatasan Terbuka yang konyol,” tulis Trump di medsos miliknya, Truth Social, seperti dikutip dari APNews, Kamis (28/11).
Sementara untuk Cina, Trump menilai pembicaraan yang sudah ia lakukan perihal masuknya obat-obatan seperti Fentanyl, belum berhasil baik. “Sampai saat mereka berhenti, kami akan mengenakan Tarif tambahan sebesar 10 persen kepada Cina, di atas Tarif tambahan apa pun, pada semua produk mereka yang masuk ke Amerika Serikat,” tulis Trump.
Salah satu penyebab kebijakan ini, merebaknya kasus narkoba yang diberkaitan Fentanyl, dan diduga masuk dari ketiga negara tersebut. Hal tersebut akan berdampak besar pada kerja sama perdagangan AS dengan ketiga negara itu ke depan.
Sarana negosiasi
Calon menteri keuangan di kabinet Trump, Scott Bessent, sebelumnya mengungkapkan bahwa tarif adalah sarana negosiasi bagi AS. 'Alat' itu berguna untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri presiden.
"Apakah itu membuat sekutu menghabiskan lebih banyak uang untuk pertahanan mereka sendiri, membuka pasar asing untuk ekspor AS, mengamankan kerja sama untuk mengakhiri imigrasi ilegal dan mencegah perdagangan fentanil, atau mencegah agresi militer,” ujarnya seperti dikutip APNews.
Dengan demikian, rencana menaikkan tarif masuk ke ketiga negara tadi bisa dilihat sebagai hal yang kontraproduktif dengan terpilihnya Trump, yang sebagian besar didasari oleh publik AS yang sudah muak dengan inflasi. Bila tarif ini jadi dinaikkan, dikhawatirkan menimbulkan risiko kenaikan harga makanan, mobil, dan barang-barang lainnya.
Saat ini, banyak produk AS dipilih karena dampak politiknya, bukan sekadar soal ekonominya. Misalnya, Kanada mengimpor yogurt senilai US$3 juta dari AS setiap tahun yang sebagian besar berasal dari satu pabrik di Wisconsin, negara bagian asal Ketua DPR dari Partai Republik saat itu, Paul Ryan. Adapun, produk itu dikenakan bea sebesar 10 persen.
Tanggapan dari negara lain
Sejumlah pihak menanggapu sikap impulsif Trump ini, kecuali Meksiko yang belum mengeluarkan reaksi. Pemerintah Kanada melalui pernyataan Wakil Perdana Menteri Chrystia Freeland dan Menteri Keamanan Publik Dominic Leblanc, yang menekankan hubungan dekat antara kedua negara.
“Kanada menempatkan prioritas tertinggi pada keamanan perbatasan dan integritas perbatasan bersama kita. Hubungan kita saat ini seimbang dan saling menguntungkan, khususnya bagi pekerja Amerika,” ujar mereka dalam pernyataan.
Sementara, Kedutaan Besar Cina di Washington memperingatkan pada hari Senin bahwa akan ada pihak yang kalah jika terjadi perang dagang. “Kerja sama ekonomi dan perdagangan Cina-AS pada dasarnya saling menguntungkan,” tulis juru bicara kedutaan, Liu Pengyu di X. “Tidak ada yang akan memenangkan perang dagang atau perang tarif.”