Jakarta, FORTUNE – Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu menolak resolusi gencatan senjata, seperti yang ditawarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Netanyahu bahkan menyebut, perluasan operasi serangan terhadap Hamas yang tengah dilakukan di jalur Gaza baru permulaan.
Dilansir dari APNews, Netanyahu menyatakan bahwa perang terdapat Hamas akan semakin digencarkan melalui invasi jalur darat, memperluas serangan yang sudah terbentuk dari laut dan udara. “Ada saat-saat di mana suatu negara menghadapi dua kemungkinan: melawan atau mati,” kata Netanyahu (28/10). “Kami sekarang menghadapi ujian itu dan saya yakin bagaimana ujian itu akan berakhir: Kami akan menjadi pemenangnya.”
Upaya serangan darat itu diyakini akan sangat membantu untuk memulangkan semua sandera. Namun, ia enggan membahas detail serangan kepada publik, karena kerahasiaan dan demi kesuksesan misi yang direncanakan. “Ini adalah perang tahap kedua, yang tujuannya jelas: menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan memulangkan para sandera,” katanya.
Netanyahu tidak membahas seruan gencatan senjata, namun dalam pidatonya yang mengacu pada sejarah Yahudi dan konflik militer selama berabad-abad, masa depan Israel bergantung pada keberhasilannya melawan kekuatan musuh.
Menyasar Hamas
Pihak Israel mengatakan, agresifitas serangan yang dilakukan menyasar para pejuang dan infrastruktur Hamas dan bahwa para militan tersebut beroperasi dari kalangan warga sipil, sehingga menempatkan mereka dalam bahaya. Meskipun Israel melakukan serangan, militan Palestina terus menembakkan roket ke Israel, dan sirene yang terus-menerus terdengar di Israel selatan, sebagai pengingat ancaman tersebut.
Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan perluasan serangan yang dilakukan bukanlah sebuah invasi habis-habisan. Serangan yang direncanakan justru mengindikasikan adanya strategi eskalasi bertahap, bukannya serangan besar-besaran. “Kami melanjutkan tahapan perang sesuai dengan rencana yang terorganisir,” ujarnya.
Jumlah korban warga sipil Palestina terus bertambah
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, korban tewas warga sipil Palestina di Gaza meningkat pada hari Sabtu menjadi lebih dari 7.700 orang sejak perang dimulai, dengan 377 kematian dilaporkan sejak Jumat malam. Kebanyakan dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak di bawah umur.
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau “kemanusiaan pada semua pihak yang memiliki kekuatan untuk mengakhiri pertempuran saat ini” di Gaza. “Ada lebih banyak orang yang terluka setiap jamnya. Namun ambulans tidak dapat menjangkau mereka saat komunikasi terputus. Kamar mayat penuh. Lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak,” ucap organisasi tersebut.
Namun, pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Yehia Sinwar, mengatakan kelompok militan Palestina ‘siap’ untuk segera membebaskan semua sandera, jika Israel membebaskan semua warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Pada sisi lain, Hagari, juru bicara militer Israel, menolak tawaran tersebut dan menyebutnya sebagai “teror psikologis.”