Jasa Marga Mulai Manfaatkan Teknologi Untuk Pantau Lalu Lintas

Memudahkan pengambilan keputusan dan evaluasi operasional.

Jasa Marga Mulai Manfaatkan Teknologi Untuk Pantau Lalu Lintas
Menteri PU, Dody Hanggodo, meninjau JMTC. (dok. Jasa Marga)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Jasa Marga (Persero) Tbk menerapkan Teknologi, baik untuk memantau kondisi Lalu Lintas, mendukung analisis, hingga evaluasi operasional.

Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, mengatakan bahwa berbagai teknologi yang digunakan di antaranya yaitu CCTV berbasis teknologi AI (artificial intelligence) maupun sistem komunikasi radio, terintegrasi di pusat kendali operasional Jasa Marga Tollroad Command Center (JMTC).

“Data akurat yang disuplai oleh JMTC menjadi dasar dalam pengambilan keputusan strategis untuk penanganan situasi lalu lintas, termasuk rekayasa lalu lintas,” ujarnya dalam keterangan di laman resmi Kementerian BUMN, Senin (30/12).

JMTC dilengkapi dengan teknologi pemantauan lalu lintas berbasis CCTV yang dapat mengidentifikasi kondisi jalan secara real-time. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini gangguan lalu lintas, seperti kendaraan mogok atau kecelakaan, sehingga langkah penanganan dapat dilakukan secara cepat.

“Ini menjadi lesson learned yang berharga untuk terus menyempurnakan layanan berbasis teknologi dan hal-hal yang dapat kita evaluasi untuk mengoptimalkan pelayanan operasional di tahun depan,” kata Dody.

Pengembangan aplikasi

Ilustrasi Travoy dari Jasa Marga. (dok. Jasa Marga)

Sementara itu, Direktur Operasi Jasa Marga, Fitri Wiyanti, menuturkan Jasa Marga terus mengembangkan aplikasi Travoy sebagai inovasi layanan pengguna jalan tol, yang memuat informasi lalu lintas terkini, CCTV real-time, estimasi tarif tol, dan lokasi fasilitas pendukung seperti rest area dan SPBU. Pengguna jalan juga dapat mengakses layanan darurat melalui fitur dalam aplikasi tersebut.

Dengan demikian, pengembangan teknologi dinilai berperan penting dalam menghadapi berbagai tantangan lalu lintas ke depan, di momentum-momentum libur besar, seperti Nataru atau idul fitri.

“Kami memanfaatkan data historis untuk memperkirakan puncak arus lalu lintas, sehingga kami dapat mengelola operasional jalan tol secara lebih efektif selama periode libur Nataru,” ujarnya.

Arus balik liburan

Arus lalu lintas saat libur Natal 2024, di gerbang tol Kalihurip. (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Selama periode libur Natal pada 26-28 Desember 2024, Jasa Marga mencatat sebanyak 467.300 kendaraan lembali ke wilayah Jabodetabek.

Jumlah ini merupakan akumulasi dari arus lalu lintas di empat gerbang tol (GT) utama, yakni GT Cikupa (dari arah Merak), GT Ciawi (dari arah Puncak), dan GT Cikampek Utama (dari arah Trans Jawa) dan GT Kalihurip Utama (dari arah Bandung).

Jasa Marga mencatat bahwa volume kendaraan yang kembali ini meningkat 12,9 persen dibandingkan saat kondisi lalu lintas normal, dengan rerata 413.831 kendaraan.

Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Lisye Octaviana, mengatakan bahwa puncak arus balik libur natal akan terjadi pada Minggu (29/12).

“Kami mengimbau pengguna jalan untuk menghindari perjalanan di waktu puncak serta menghindari perjalanan di waktu favorit seperti pada pagi hari dan malam hari untuk menghadapi penumpukan kendaraan,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya