Jokowi: Indonesia Butuh Rp445 T Untuk Pembiayaan Transisi Energi

Risiko perubahan iklim makin nyata bagi Indonesia.

Jokowi: Indonesia Butuh Rp445 T Untuk Pembiayaan Transisi Energi
Ilustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa setidaknya Indonesia membutuhkan US$25-30 miliar atau setara Rp445 triliun, untuk pembiayaan transisi energi selama delapan tahun ke depan. Hal itu diungkapkan dalam pertemuan tingkat tinggi (KTT) G7 di Jerman. 

Menurut Presiden Jokowi, potensi Indonesia sebagai kontributor energi bersih, baik di dalam perut bumi, di darat, maupun di laut, sangat besar. Oleh karena itu, Indonesia butuh investasi besar dan teknologi rendah karbon untuk mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif.

“Transisi ini bisa kita optimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis, dan membuka lapangan kerja baru,” katanya seperti dikutip dari laman Setkab, Selasa (28/6).

Jokowi mengajak negara-negara G7 untuk ikut berkontribusi dengan investasi pada sektor energi bersih di Indonesia. Hal ini, antara lain dapat berupa pengembangan ekosistem mobil listrik maupun baterai lithium.

Nyatanya risiko perubahan iklim

Presiden Jokowi saat menghadiri KTT G7 sesi working lunch dengan topik perubahan iklim, energi, dan kesehatan, di Elmau, Jerman, Senin (27/6). (Dok. Setkab)

Jokowi mengtakan, risiko perubahan iklim sangat nyata dihadapi oleh Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya. Apalagi, sebagai negara maritim yang dikelilingi oleh sekitar 17 ribu pulau, risiko kenaikan air laut dan bencana pun kerap terjadi di Indonesia.

Menurutnya, isu perubahan iklim tidak hanya mengganggu kesehatan, namun juga membuat petani serta nelayan kesulitan. “Dukungan semua negara G7 di Presidensi Indonesia di G20 sangat kami harapkan,” ujarnya.

Kerja sama dengan Inggris makin nyata

Presiden Jokowi bertemu dengan PM Inggris Boris Johnson di sela-sela pelaksanaan G7 di Elmau, Jerman, Senin (27/6). (dok. Setkab)

Pada sesi berbeda, Presiden Jokowi juga sempat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Keduanya bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang energi baru terbarukan (EBT) serta ketahanan pangan.

Lebih lanjut, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengatakan bahwa pembicaraan antara Jokowi dan Boris Johnson juga terkait dengan penguatan hubungan bilateral Indonesia-Inggris. Boris, menurut Retno, menyampaikan bahwa roadmap kerja sama bilateral dengan Indonesia sudah ada.

“Dengan sudah adanya roadmap tersebut, maka akan lebih mudah untuk memperkuat hubungan kedua negara,” ucapnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya
Cara Menghitung Dana Pensiun Karyawan Swasta, Ini Simulasinya
Konsekuensi Denda Jika Telat Bayar Cicilan KPR, Bisa Disita
Investor Asing Hengkang dari Pasar Obligasi Asia pada Desember 2024
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Hilang, Biaya, dan Prosedurnya