Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya meyakinkan para investor Cina menanamkan investasinya di Indonesia dengan skema kerja sama yang aman dan saling menguntungkan.
Jokowi mengatakan, ada indikator ekonomi menunjukkan capaian positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) di level ekspansif selama 25 bulan berturutan, termasuk bonus demografi yang tengah dihadapi Indonesia.
Selain mempersiapkan sejumlah insentif, pemerintah juga beripaya menjaga stabilitas politik menjelang pemilihan umum serentak pada Februari 2024.
“Indonesia sudah berpengalaman melakukan pemilihan umum secara langsung selama lima kali. So, you don’t need to worry, you just need to hurry,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Setkab, Selasa (17/10).
Seperti Bruce Lee
Menurutnya, cara pebisnis Cina dalam berinvestasi ke Indonesia sudah cukup cepat. Ia pun menganalogikannya seperti Bruce Lee dengan gerakan wing chun-nya. “Tahun 2013 Cina berada di urutan 12 kontributor foreign direct investment (FDI) di Indonesia, tapi di tahun 2022 sudah menjadi urutan yang kedua,” ujarnya.
Dalam dua tahun ke depan, Cina bisa menjadi kontributor FDI terbesar bagi Indonesia. Apalagi, peluang berinvestasi di Indonesia semakin besar, seperti hilirisasi industri bahan tambang, pengembangan energi baru terbarukan (EBT), hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan investasi yang sudah terealisasi US$2 miliar atau sekitar Rp31,45 triliun (kurs Rp15.722,73 per dolar AS).
Bertemu PM Cina
Dalam kunjungannya ke Cina, Jokowi bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Cina, Li Qiang, dan mengapresiasi kemitraan strategi Indonesia-Cina yang terjalin baik dalam 10 tahun terakhir. Kerja sama ini dinilai bisa memperkuat kerja sama regional dan internasional, tentunya dengan perdamaian dan stabilitas yang jadi kunci utamanya.
Pada momentum tersebut, Jokowi meminta dukungan PM Li Qiang untuk mempercepat realisasi investasi Cina di IKN, pembangunan kawasan industri hijau Kaltara, serta proyek pembangkit listrik tenaga angin dan surya.
Sebagai imbal balik, Jokowi minta adanya peningkatan kerja sama perdagangan, “untuk perluasan akses pangan, produk pertanian, dan perikanan Indonesia di Cina.”