Masyarakat Dirugikan karena Polusi, Ini Cara Membuat Hujan Buatan

Hujan buatan dibentuk dengan menyemai bubuk garam ke awan.

Masyarakat Dirugikan karena Polusi, Ini Cara Membuat Hujan Buatan
Warga berjalan menggunakan payung saat hujan lebat di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta, Selasa (5/4).ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Jakarta diguyur hujan, setelah berhari-hari diselimuti kabut asap polusi yang membahayakan masyarakat. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa kondisi cuaca tersebut merupakan hujan buatan, hasil kerja sama BMKG  dengan sejumlah pihak.

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, memastikan bahwa rekayasa hujan adalah salah satu upaya mengatasi polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya. "Rekayasa cuaca yang dimaksud adalah dengan mempercepat potensi pertumbuhan awan hujan menjadi hujan dengan disemai dengan bubuk garam NaCl. TMC ini hasil kerja sama BMKG, BRIN, BNPB, dan TNI AU," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (28/8).

Untuk lebih dalam mengetahui bagaimana hujan buatan ini terbentuk, berikut ulasannya.

Penjelasan

Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) menuliskan bahwa hujan buatan dilakukan untuk membantu krisis di bidang sumber data air karena iklim dan cuaca.

Hujan buatan merupakan proses memberi rangasangan ke awan untuk mempercepat terjadinya hujan lebih cepat dibandingkan proses alami.

Dalam melakukan hujan buatan dilakukan sejumlah koordinasi dan persiapan teknis. Hal ini dilakukan, terutama untuk memodifikasi pesawat agar bisa melakukan sistem delivery atau menghantarkan bahan kimia ke awan.

Tahapan

Melansir dari Live Science, hujan buatan melalui beberapa tahapan dalam proses pembuatannya, sebagai berikut:

  1. Hujan buatan bisa terjadi dengan menaburkan zat glasiogenik seperti argentium iodida atau perak iodida.
  2. Penaburan bahan kimia tersebut dilakukan pada ketinggian 4.000-7.000 kaki dengan mempertimbangkan faktor arah angin dan kecepatan angin.
  3. Penaburan bahan juga dilakukan pada saat pagi hari. Hal ini karena biasanya awan hujan alami terjadi pada pagi hari.
  4. Selain zat glasiogenik, juga bisa menggunakan bahan kimia lain eperti zat higroskopis seperti garam, CaC12, dan urea.
  5. Garam dan CaC12 ditaburkan ke awan yang ada di langit dengan pesawat terbang, kecuali urea.
  6. Setelah ditaburkan, bahan kimia tersebut akan memengaruhi awan untuk berkondensasi dan membentuk awan yang lebih besar dan mempercepat terjadinya hujan.
  7. Setelah garam atau CaC12 yang berhasil membuat awan berkondensasi, taburkan bubuk urea. Urea ini membantu dalam pembentukan awan besar dan berwarna abu-abu dan biasanya dilakukan pada siang hari.
  8. Setelah awan hujan terbentuk, larutan bahan kimia kemudian ditaburkan kembali. Larutan tersebut adalah air, urea, dan amonium nitrat. Larutan ini untuk mendorong awan hujan membentuk butir air.

Dampak hujan buatan

Hujan buatan memiliki sejumlah dampak, baik positif maupun negatif. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

Positif

  1. Dapat mengatasi kekeringan
  2. Dapat mengatasi masalah kabut asap akibat kebakaran hutan
  3. Dapat dimanfaatkan untuk memadamkan api pada kebakaran hutan yang cakupannya luas.
  4. Dapat membantu pengisian air waduk atau danau untuk keperluan irigai, pembangkit listrik tenaga air, dan lainnya

Negatif

  1. Jika tidak diperhitungkan takarannya, bahan kimia yang digunakan untuk hujan buatan bisa menimbulkan hujan asam dan berbahaya bagi yang terkena airnya
  2. Bisa menimbulkan pencemaran tanah, karena hujan buatan biasanya mengandung garam dalam jumlah yang banyak
  3. Dapat mengakibatkan banjir jika tidak tepat sasaran
  4. Dapat merubah siklus hidrologi yang akan membahayakan pasokan air tanah di musim kemarau
  5. Dapat menimbulkan kerugian materi yang cukup besar jika hujan turun dari hasil hujan buatan yang tidak tepat sasaran

Demikian uraian seputer pembuatan hujan buatan. Semoga bermanfaat. 

Related Topics

Hujan BuatanPolusi

Magazine

SEE MORE>
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024

Most Popular

Apa Itu BRICS: Sejarah dan Perannya Melawan Dominasi G7
Indonesia Mulai Proses Pengajuan Keanggotaan BRICS
Melawan Putusan Pailit, Sritex Ajukan Kasasi
Prabowo Bakal Hapus Utang 6 Juta Petani & Nelayan, Jadi Beban Bank?
RI Bakal Gabung BRICS, CSIS: Tak Perlu Karena Sudah Ada di G20
SIDO Bagi Dividen Interim Rp18/Saham, Ini Jadwalnya