Jakarta, FORTUNE – Pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, membuat tuntutan dalam dunia kerja semakin meningkat. Tak sedikit pekerja yang kesulitan menghadapi situasi ini sampai harus mengalami sophomore slump. Apakah itu?
Mengutip people value, Sophomore Slump merupakan perasaan tak puas yang muncul setelah senang memulai sebuah fase atau kondisi baru. Dalam dunia kerja, biasanya hal ini sering terjadi pada tahun kedua setelah seseorang memasuki fase pekerjaan baru.
Sophomore slump bisa menyebabkan seorang pekerja kehilangan motivasi bekerja, sehingga kinerja pun menurun. Meski begitu, fenomena ini tak terjadi begitu saja, peran perusahaan dan manajemen cukup berpengaruh sehingga berpotensi mendorong terjadinya Sophomore Slump. Dibutuhkan kerja sama antara pekerja dan perusahaan untuk menghadapi sophomore slump dan menghasilkan solusi yang paling efektif.
Dari sisi pekerja, ada banyak yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi yang kadang dilematis ini. Melansir Glints, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghadapi Sophomore Slump.
Minta sesi diskusi dengan manajer
Manajer menjadi salah satu figur yang yang bertanggung jawab atas fluktuasi kinerja yang karyawan lakukan. Oleh karena itu, sosok ini perlu mengetahui kondisi sophomore slump yang dialami bawahannya. Selain memungkinkan untuk mencari solusi, manajer juga bisa membantu seluruh tim, agar kondisi kita tak berdampak buruk bagi keseluruhan kinerja perusahaan.
Salah satu cara untuk mengatasi ini adalah dengan mengajukan sesi diskusi atau one-on-one meeting lebih sering dengan manajer. Diskusi tentang proyek yang berlangsung, progres, dan masalah yang kamu hadapi. Komunikasi yang lancar akan membantu kita mengatasi sophomore slump dengan lebih baik.
Cari suasana baru
Salah satu penyebab terjadinya Sophomore Slump adalah rutinitas yang selalu dihadapi tanpa diikuti perubahan yang baik. Sangat wajar bila kondisi ini berlarut, seorang pekerja akan merasa bosan dan kehilangan motivasi bekerja.
Oleh sebab itu, mencari suasana baru, seperti meeting mingguan di luar kantor atau izin bekerja di luar kantor, mungkin bisa menjadi solusi melepas penat dan kebosanan rutinitas sehari-hari.
Mencari kesempatan belajar atau ikut pelatihan
Mencoba hal baru adalah salah satu yang bisa dilakukan untuk keluar dari kebosanan. Selain itu, pendidikan dan kesempatan untuk mempelajari hal baru bisa membuat karyawan lebih semangat menjalani pekerjaan.
Perlu diingat, memberi kesempatan pada pekerja untuk belajar hal baru juga menguntungkan perusahaan, mereka akan merasakan manfaat dari investasi pada karyawan Mengikuti kelas dan pelatihan baru akan mengembangkan serta menambah kemampuan pekerja sekaligus menumbuhkan kembali motivasi dalam bekerja.
Merayakan pencapaian kecil
Apresiasi pada apa yang kita lakukan adalah hal kecil yang perlu diperhatikan. Rendahnya motivasi justru muncul karena minimnya penghargaan diri kepada pekerjaan yang berhasil diselesaikan karyawan. Oleh sebab itu, sedikit perayaan atas pencapaian yang kita lakukan bisa menjadi cara keluar dari Sophomore Slump.
Selain itu, perayaan kecil pada sebuah pencapaian bisa meningkatkan bonding kita dan rekan kerja lainnya. Jadi, pekerjaan tak hanya melulu soal angka dan keuntungan, namun juga pengembangan diri dan sikap saling menghargai.
Bersikap realistis dan tidak terburu-buru
Jean-Nicolas Reyt dari McGill University di Montréal, menurut BBC, berpendapat bahwa pekerja yang mengalami sophomore slump biasanya memberikan seluruh tenaga dan motivasinya di awal, lalu hal tersebut tidak berlanjut.
Oleh sebab itu, penting bagi para pekerja untuk memiliki tujuan yang realistis dan tidak terburu-buru, karena hal ini hanya akan membawa kelelahan dan rasa enggan melanjutkan di kemudian hari. Ingat, bekerja itu seperti lari marathon, bukan sprint.
Bersiap menghadapi kegagalan
Dalam dunia kerja, tak semua pekerjaan bisa selesai dengan mulus dan sukses. Ada masa-masa di mana kegagalan terjadi dan tidak berjalan sesuai keinginan.
Oleh sebab itu, kesiapan diri dalam menghadapi bernagai kegagalan dan penolakan dalam dunia kerja diperlukan, agar saat akhirnya hal ini betul-betul terjadi, Anda tidak akan lari dan berhenti. Mungkin di satu masa kita gagal menjalankan pekerjaan kita, namun pasti bisa melalui sophomore slump dengan lebih baik.