Jakarta, FORTUNE – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa program Diskon dan promo akhir tahun hingga Harbolnas, berpotensi menghemat Devisa Belanja masyarakat di Indonesia hingga Rp80 triliun.
Diketahui, pemerintah tengah mendorong sejumlah program belanja murah untuk meningkatkan minat belanja masyarakat jelang Liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
“Kalau dihitung dalam bulan ini mulai dari Harbolnas, BINA (Belanja di Indonesia Aja), sampai dengan EPIC Sale, every purchase is cheap, itu bisa dapat Rp80 triliun,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Ekon, Senin (23/12).
Khusus untuk program BINA yang diselenggarakan pada 20-29 Desember 2024, Airlangga mengatakan bahwa pihaknya menargetkan nilai transaksi hingga Rp22 triliun. “Ini diiharapkan menunjang daya beli dan ini bisa menjadi pendorong konsumsi dan tentunya pertumbuhan ekonomi di akhir tahun dan juga di awal kuartal pertama 2025,” katanya.
Selain meluncurkan program diskon untuk mendongkrak daya beli, pemerintah juga terus melakukan monitoring pasar untuk menciptakan stabilitas harga kebutuhan masyarakat.
Polemik PPN 12% untuk QRIS
Airlangga juga angkat bicara soal rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hingga 12 persen pada tahun depan, salah satunya terkait pengenaan transaksi QRIS. “Jadi saya harus tegaskan, transaksi QRIS saya tegaskan tidak ada PPN,” ujarnya sembari menyebut pembayaran tol dan transportasi publik juga tidak akan dikenakan PPN.
Menurut data Nielsen, pengeluaran konsumen untuk produk kebutuhan sehari-hari (Fast-Moving Consumer Goods) dan teknologi pada kuartal ketiga tahun 2024 tumbuh dibandingkan periode sebelumnya dan mencapai angka Rp256 triliun.
Sedangkan, Bank Indonesia mencatat per November 2024, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level optimis dan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, mencapai 125,9.
Adapun, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin, menyebutkan rerata penjualan ritel dalam satu tahun di Indonesia mencapai omzet sekitar Rp242 triliun.