Pertamina Ungkap Faktor Mahalnya Harga Bahan Bakar Rendah Karbon

Pertamina jaga pertumbuhan ekonomi sejalan transisi energi.

Pertamina Ungkap Faktor Mahalnya Harga Bahan Bakar Rendah Karbon
Shutterstock/saiko3p
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pertamina mengungkapkan sejumlah faktor penyebab mahalnya harga bahan bakar rendah karbon dan energi baru terbarukan (EBT) dibandingkan energi fosil.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan, faktor pertama adalah teknologi yang belum memadai hingga menyebabkan produktivita rendah dan harga jual tinggi. Menurutnya, teknologi  apabila digunakan secara optimal bisa menurunkan belanja modal maupun biaya operasional.

“Teknologi akan lebih efisien dalam penggunaan air, energi, dan konsumsi bahan baku sangat penting. Selain itu, juga penting adalah teknologi yang dapat mengolah bahan baku menjadi generasi kedua, mengatasi limbah dari bahan baku,” kata Nicke dalam keterangan resmi, Jumat (8/9).

Faktor kedua, kata Nicke, adalah pengembangan ekosistem yang memerlukan pendekatan holistik, terutama dalam produksi produk baru seperti bahan bakar rendah karbon. Hal ini dimulai dari rantai pasokan yang lebih panjang hingga ekosistem secara keseluruhan.

Faktor ketiga yakni kemampuan ekonomi untuk bisa mulai mengembangkan produk bahan bakar rendah karbon tersebut. Dalam hal ini, diperlukan regulasi untuk menciptakan permintaan (demand) di konsumen. Contohnya penggunaan B35 atau biodiesel seharusnya bisa diwajibkan sesuai regulasi, demi meningkatkan permintaan secara bertahap.

“Ketika permintaan ada, investasi akan mengalir. Hal ini penting untuk biofuel, SAF, hidrogen, amonia, dan sumber energi lainnya,” ujar Nicke.

Terakhir,  kesiapan masyarakat terhadap pemanfaatan energi bersih, baik sebagai produsen maupun konsumen, dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan. “Saya percaya bahwa transisi ke bahan bakar rendah karbon memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah, swasta, publik, pemodal, dan investor,” katanya.

Target netral emisi

Pengembangan biodiesel yang dilakukan Kementerian ESDM. (dok. Kementerian ESDM)

Menurutnya, Pertamina mendukung penuh pencapaian target pemerintah untuk mencapai emisi netral pada tahun 2060, dengan tetap menjalankan mandat utama dalam menjaga keamanan energi.  “Kami berkomitmen untuk terus menyediakan semua kebutuhan bahan bakar yang diperlukan sebagai katalis dalam pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, terus berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 melalui program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s), sejalan penerapan aspek Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

“Kami bertekad agar pertumbuhan ekonomi tetap berlanjut sepanjang perjalanan menuju emisi netral,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil