Jakarta, FORTUNE – Survei Tech-Driven Sustainability Trends and Index 2024, Alibaba Cloud mengungkapkan bahwa sebanyak 80 persen Target="_blank" href="https://www.fortuneidn.com/tag/perusahaan">Perusahaan di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, sudah menetapkan target Keberlanjutan mereka. Namun, 53 persennya masih bergantung pada mode manual dalam pengukurannya.
Presiden Bisnis Internasional, Alibaba Cloud Intelligence, Selina Yuan, mengatakan bahwa temuan ini mendesak bagi banyak perusahaan untuk mengevaluasi kembali metodologi pengukuran keberlanjutan mereka dan mulai menggunakan solusi teknologi canggih seperti platform berbasis cloud maupun layanan teknologi AI (Artificial Intelligence).
“Alat-alat digital ini tidak hanya akan menyederhanakan proses pengukuran, tetapi juga bisa memberikan pemahaman yang dapat ditindaklanjuti sehingga bisa mendorong kemajuan yang berarti untuk keberlanjutan,” ujar Selina dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (22/10).
Laporan tersebut menunjukkan bahwa di antara perusahaan yang memiliki target keberlanjutan, 92 persen telah menetapkan target pengurangan emisi. Meski begitu, hanya sepertiga dari perusahaan tadi yang berkomitmen pada pencapaian net-zero dengan target berbasis sains (science-based targets/SBTs).
Studi yang dilakukan perusahaan teknologi asal Cina juga menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen perusahaan yang masih bergantung pada proses manual seperti spreadsheet, email, dan metode serupa untuk mengukur kinerja keberlanjutan.
Sedangkan, Uni Emirat Arab (UAE) menjadi negara dengan persentase tertinggi, di mana 68 persen perusahaan di sana masih mengandalkan metode manual dalam pengukuran kinerja keberlanjutan. Posisi ini diikuti oleh Arab Saudi (61 persen) dan Inggris (60 persen).
Sementara, Indonesia termasuk sepertiga negara dengan perusahaan yang menggunakan perangkat lunak digital–termasuk platform cloud–untuk mengukur dan memantau keberlanjutan.
Adopsi solusi berbasis cloud di Indonesia mencapai 59 persen, diikuti Singapura (48 persen), dan Jepang (43 persen). Angka ini lebih tinggi dibandingkan rerata penggunaan platform cloud perusahaan dunia yang hanya mencapai 38 persen.
Hambatan
Riset ini juga mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang membuat perusahaan-perusahaan dunia masih terhambat dalam mencapai target keberlanjutan. Alasan paling signifikan adalah hambatan di sisi anggaran, yang mempengaruhi sampai 29 persen perusahaan dunia.
Selanjutnya, kendala rantai pasokan yang kompleks sehingga mempersulit upaya yang ada terhadap 28 persen perusahaan, keterbatasan teknologi menghambat 23 persen perusahaan, serta keterbatasan waktu yang dirasakan oleh 23 persen perusahaan dunia.
Untuk itu, Alibaba Cloud pun berkomitmen menghadirkan solusi inovatif berbasis teknologi AI, seperti Energy Expert, untuk membantu perusahaan mengukur dan menganalisis emisi karbon dan konsumsi energi secara efektif dalam strategi keberlanjutan.
“Dengan mengatasi hambatan yang ada dan berinvestasi dalam kemajuan semacam ini, organisasi-organisasi dapat lebih baik menyelaraskan inisiatif keberlanjutan mereka dengan target yang ditetapkan,” kata Selina.