Jakarta, FORTUNE – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan jajaran pemerintah hingga masyarakat bersiap menghadapi dan memitigasi fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di Samudera Pasifik atau El Nino. Hal itu diprediksi akan melanda Indonesia pada Agustus 2023.
Luhut meminta seluruh Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah untuk mulai berbagai persiapan dini menghadapi El Nino. “Kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino,” ujarnya dalam unggahan di akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (26/4).
Ia berharap seluruh pihak bisa bekerja sama menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat El Nino. “Sehingga kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa kita reduksi bersama demi kemaslahatan masyarakat Indonesia,” katanya.
Mengacu pada kondisi ekstrem
Luhut menyatakan, persiapan harus dilakukan secara matang dan mengantisipasi kondisi yang paling ekstrem, seperti yang terjadi pada 2015 berupa meluasnya kekeringan di sejumlah daerah, kebakaran hutan dan lahan yang juga berdampak bagi kesehatan masyarakat akibat asap kebakaran.
Berkaca pada dampak El Nino di Indonesia tersebut, ia pun berharap produksi pertanian dan pertambangan tak mengalami penurunan. Pasalnya, data IMF menyebutkan bahwa 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrem di tahun 2015. Hal ini tentu juga sangat berbahaya bagi inflasi yang tengah dijaga untuk selalu stabil.
“Data World Food Programme menyebut bahwa 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan, dan 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan,” tulis Luhut.
Kenaikan suhu
Ia juga mengatakan gejala El Nino sudah dirasakan Indonesia beberapa waktu belakangan, dengan tingginya suhu di sejumlah daerah, seperti wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, yang menembus 37,2 derajat Celcius pada 17 April lalu. “El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering,” ujarnya.
Sekjen Organisasi Metereologi Dunia, kata Luhut, mengungkapkan suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016.
Hal ini diperkuat dengan gelombang panas yang menyebabkan kenaikan suhu cukup signifikan di beberapa negara di Asia, seperti India, Bangladesh, Myanmar, atau Thailand.