Jakarta, FORTUNE - Bolivia memutuskan hubungan dengan Israel karena serangan negara itu ke jalur Gaza yang menewaskan ribuan warga sipil Palestina.
Dikutip dari New York Times, Bolivia mengumumkan keputusan tersebut pada Selasa, (31/10).
Dua negara Amerika Latin lain, yakni Chili dan Kolombia, dalam pernyataannya pada hari yang sama, juga menarik duta besarnya dari Tel Aviv imbas serangan di Gaza pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.400 orang dan membuat lebih dari 200 orang lainnya tersandera.
Dalam sebuah pernyataan, Chili menuduh Israel menolak menghormati hukum internasional dan menyebut serangan udara mereka sebagai “hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza.”
Kementerian Luar Negeri Bolivia dalam sebuah pernyataannya menyatakan telah memutuskan hubungan diplomatik “sebagai protes dan kecaman atas serangan agresif militer Israel dan tidak proporsional yang terjadi di Jalur Gaza, yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional.”
Bolivia memulihkan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2019 setelah perpecahan selama satu dekade yang juga disebabkan oleh tindakan militer Israel di Gaza.
Dalam keterangannya Selasa lalu, Bolivia menyerukan Israel di Gaza untuk segera mengakhiri serangannya menyusul jatuhnya ribuan korban jiwa akibat serangan itu, dan mendesak agar makanan, air, dan bantuan diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
Respons Israel
Kementerian luar negeri Israel mengatakan bahwa hubungan dengan Bolivia “tidak ada isi” di bawah pemerintahan negara Amerika Latin saat ini.
“Dengan mengambil langkah ini, pemerintah Bolivia bersekutu dengan organisasi teroris Hamas,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataannya, Selasa (31/10).
Israel juga menuding Bolivia tunduk pada pengaruh Iran, yang telah lama mendukung Hamas dan kelompok lain yang menentang Israel.
Hubungan Israel dengan Kolombia, yang bersahabat selama bertahun-tahun, menjadi tegang setelah serangan Hamas.
Presiden Gustavo Petro juga mulai mengkritisi langkah pemerintah Israel.
Bulan lalu, setelah Israel menyatakan menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia karena komentar tersebut – yang juga dikecam keras oleh organisasi peringatan Holocaust seperti Simon Wiesenthal Center – Petro telah memberi sinyal bahwa pihaknya terbuka untuk menangguhkan hubungan dengan Israel.
Palestina telah lama mendapat dukungan kuat dari Amerika Latin dan negara-negara berkembang lainnya. Perang di Gaza semakin menambah kebencian dan tuduhan Barat menerapkan standar ganda dalam pendekatannya terhadap perang di Ukraina dan Gaza.
Brasil, sebagai pemegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB, menyusun resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.
Duta Besar Brasil untuk PBB, Sérgio França Danese, mengungkapkan rasa frustrasinya ketika Amerika Serikat memveto resolusi tersebut karena tidak menyebutkan hak Israel untuk membela diri.
“Ratusan ribu warga sipil di Gaza tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” katanya. “Sebenarnya, mereka sudah menunggu terlalu lama.”