APINDO Usul Aturan Kepailitan Direvisi, Ini Alasannya

Selama pandemi Covid-19 banyak perusahaan mengalami tekanan.

APINDO Usul Aturan Kepailitan Direvisi, Ini Alasannya
Shutterstock/PENpics Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE -  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong pemerintah melakukan moratorium penerbitan Perturan pemerintah Pengganti Undang-undang atau Perpu tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan kepailitan. Pasalnya, pengajuan PKPU kini sudah tidak lagi bermaksud menyehatkan perusahaan, namun menyebabkan korporasi pailit.

“Padahal maksud dan tujuan dari PKPU ini untuk memberikan hak kepada debitur yang mengalami kesulitan untuk dapat meminta penundaan pembayaran utang di dalam rangka penyehatan perusahaan,” kata Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani saat konferensi pers, Selasa (7/9).

Hariyadi menjelaskan, selama pandemi Covid-19, banyak perusahaan mengalami tekanan keuangan atau cash flow. Di tengah kesulitan yang dialami, perusahaan kerap mendapatkan masalah tambahan karena diputus pailit akibat tidak bisa membayar utang.

Apindo dorong revisi UU No.37 Tahun 2004

Selain meminta adanya moratorium dalam penerbitan Perpu, Apindo mendesak pemerintah segera mengajukan Revisi Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Pihaknya melihat banyak klausul di dalamnya yang tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Misalnya dalam mengukur kemampuan perusahaan beroperasi dan menentukan entitas tersebut insolven atau tidak, perlu dilakukan tes insolvensi. Sedangkan dalam kaitannya dengan PKPU, dia menyebut tidak ada tahap tes insolvensi itu.

Selain itu, Apindo melihat adanya azas yang tidak tepat dalam penempatan perjanjian kedua belah pihak. Semestinya, kata Haryadi, apabila salah satu pihak mengalami kesulitan, ada tahapan-tahapan dan tata-cara yang diatur, misalnya diproses di tingkat pengadilan negeri atau arbitrase.

Hariyadi mengatakan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan pemerintah secara informal. “Kami sudah sampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM,” ujarnya.

Ada 1.298 kasus PKPU dan kepailitan dalam setahun terakhir

Sejak tahun 2020 hingga Agustus 2021, Apindo mencatat sebanyak 1.298 kasus PKPU dan kepailitan. Dipailitkannya perusahaan disebut-sebut menyebabkan jumlah pengangguran meningkat dan upaya pemulihan ekonomi tersendat.  

Menurut Hariyadi, merebaknya wabah menyebabkan hampir seluruh sektor usaha mengalami kesulitan dan kerugian dalam menjalankan bisnis. Kondisi itu menyebabkan arus kas menyulitkan untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang.

Kaitan kepailitan terhadap makroekonomi

Tak hanya itu, Apindo juga melakukan kajian terkait dengan dampak kepailitan dan PKPU secara makroekonomi. Hariyadi menjelaskan, bahwa banyak perusahaan yang memiliki nilai tambah ekonomi apabila pailit akan menimbulkan kedaruratan nasional.

Dia pun  memperkirakan, akan terjadi kepailitan masal, pemutusan hubungan kerja, dan menimbulkan pertambahan penggangguran. Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk melakukan moratorium kepailitan dan PKPU.

Related Topics

APINDOKepailitan

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina