Bapanas Ungkap Bunga Utang Bulog untuk Cadangan Pangan Rp1,9 Triliun

Pemerintah berusaha tetap penuhi cadangan pangan nasional.

Bapanas Ungkap Bunga Utang Bulog untuk Cadangan Pangan Rp1,9 Triliun
Ilustrasi beras di warung. (Fortuneidn/Bayu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Cadangan pangan nasional saat ini mencapai 1,7 juta ton beras, jauh lebih besar dari sebelumnya.
  • Kebutuhan beras nasional 30,5 juta ton per tahun dengan produksi hanya sekitar 31 juta ton.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa Perum Bulog harus menanggung beban bunga pinjaman perbankan sebesar Rp1,9 triliun demi mengamankan cadangan pangan nasional. Pinjaman ini diambil untuk menutupi kebutuhan cadangan pangan, terutama beras, dalam menghadapi fluktuasi permintaan dan musim paceklik yang terjadi pada penghujung tahun.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa Bulog memerlukan biaya bunga pinjaman tersebut agar mampu memenuhi cadangan pangan yang saat ini mencapai 1,7 juta ton beras. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat cadangan beras nasional berkisar antara 600.000 hingga 800.000 ton.

“Kita menghadapi alarm bahaya jika cadangan tidak cukup,” kata Arief di hadapan Komisi IV DPR yang disiarkan secara virtual, Rabu (6/11).

Pinjaman tersebut perlu diambil demi menjamin stabilitas pasokan pangan nasional, "karena pemerintah harus punya cadangan pangan,” ujarnya.

Dengan kebutuhan beras nasional yang mencapai 30,5 juta ton per tahun dan tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang cukup, yang hanya mencapai sekitar 31 juta ton, cadangan beras yang tersisa hanya sekitar 500.000 ton. Arief menegaskan bahwa situasi ini menunjukkan pentingnya peningkatan produksi.

“Contohnya, Vietnam menghasilkan 26 juta ton beras, sementara kebutuhan mereka hanya 21 juta ton. Mereka punya surplus hingga 5 juta ton untuk cadangan pangan dan ekspor. Sementara kita, dengan produksi 31 juta ton dan kebutuhan 30,5 juta ton, hanya menyisakan sekitar 500.000 ton,” ujarnya.

Menurut Arief, kenaikan harga beras pada akhir tahun juga disebabkan oleh pola tanam yang masih bergantung pada curah hujan, dengan puncak panen terjadi pada semester pertama.

"Sawah kita masih banyak yang tadah hujan, sehingga produksi beras lebih tinggi di semester satu saat panen raya mencapai 5 juta ton. Sementara itu, menjelang November hingga Februari, cadangan harus benar-benar siap untuk menjaga stabilitas pasar," katanya.

Realisasi pengadaan beras oleh Bulog

Berdasarkan catatan Bulog, impor yang sudah terealisasi mencapai hampir 3 juta ton. Impor tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Impor beras itu bervariasi dari berbagai negara, tercatat RI mengimpor beras dari tiga negara Asean dengan jumlah yang besar mencapai jutaan ton, yakni Thailand sebesar 1,04 juta ton, dan Vietnam mencapai 1,02 juta ton, Myanmar sebesar 451 ribu ton serta luar Asean yakni Pakistan sebesar 388 ribu ton.

Selain mengimpor, Bulog juga ikut menyerap gabah dari petani dalam negeri. Namun jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding angka impor. Sampai dengan 1 November 2024 untuk pengadaan gabah beras dalam negeri telah direalisasikan sebesar 1,12 juta ton.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil