Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa Perum Bulog harus menanggung beban bunga pinjaman perbankan sebesar Rp1,9 triliun demi mengamankan cadangan pangan nasional. Pinjaman ini diambil untuk menutupi kebutuhan cadangan pangan, terutama beras, dalam menghadapi fluktuasi permintaan dan musim paceklik yang terjadi pada penghujung tahun.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa Bulog memerlukan biaya bunga pinjaman tersebut agar mampu memenuhi cadangan pangan yang saat ini mencapai 1,7 juta ton beras. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat cadangan beras nasional berkisar antara 600.000 hingga 800.000 ton.
“Kita menghadapi alarm bahaya jika cadangan tidak cukup,” kata Arief di hadapan Komisi IV DPR yang disiarkan secara virtual, Rabu (6/11).
Pinjaman tersebut perlu diambil demi menjamin stabilitas pasokan pangan nasional, "karena pemerintah harus punya cadangan pangan,” ujarnya.
Dengan kebutuhan beras nasional yang mencapai 30,5 juta ton per tahun dan tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang cukup, yang hanya mencapai sekitar 31 juta ton, cadangan beras yang tersisa hanya sekitar 500.000 ton. Arief menegaskan bahwa situasi ini menunjukkan pentingnya peningkatan produksi.
“Contohnya, Vietnam menghasilkan 26 juta ton beras, sementara kebutuhan mereka hanya 21 juta ton. Mereka punya surplus hingga 5 juta ton untuk cadangan pangan dan ekspor. Sementara kita, dengan produksi 31 juta ton dan kebutuhan 30,5 juta ton, hanya menyisakan sekitar 500.000 ton,” ujarnya.
Menurut Arief, kenaikan harga beras pada akhir tahun juga disebabkan oleh pola tanam yang masih bergantung pada curah hujan, dengan puncak panen terjadi pada semester pertama.
"Sawah kita masih banyak yang tadah hujan, sehingga produksi beras lebih tinggi di semester satu saat panen raya mencapai 5 juta ton. Sementara itu, menjelang November hingga Februari, cadangan harus benar-benar siap untuk menjaga stabilitas pasar," katanya.
Realisasi pengadaan beras oleh Bulog
Berdasarkan catatan Bulog, impor yang sudah terealisasi mencapai hampir 3 juta ton. Impor tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Impor beras itu bervariasi dari berbagai negara, tercatat RI mengimpor beras dari tiga negara Asean dengan jumlah yang besar mencapai jutaan ton, yakni Thailand sebesar 1,04 juta ton, dan Vietnam mencapai 1,02 juta ton, Myanmar sebesar 451 ribu ton serta luar Asean yakni Pakistan sebesar 388 ribu ton.
Selain mengimpor, Bulog juga ikut menyerap gabah dari petani dalam negeri. Namun jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding angka impor. Sampai dengan 1 November 2024 untuk pengadaan gabah beras dalam negeri telah direalisasikan sebesar 1,12 juta ton.