NEWS

Bapanas Ungkap Bunga Utang Bulog untuk Cadangan Pangan Rp1,9 Triliun

Pemerintah berusaha tetap penuhi cadangan pangan nasional.

Bapanas Ungkap Bunga Utang Bulog untuk Cadangan Pangan Rp1,9 TriliunIlustrasi beras di warung. (Fortuneidn/Bayu)
07 November 2024

Fortune Recap

  • Cadangan pangan nasional saat ini mencapai 1,7 juta ton beras, jauh lebih besar dari sebelumnya.
  • Kebutuhan beras nasional 30,5 juta ton per tahun dengan produksi hanya sekitar 31 juta ton.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa Perum Bulog harus menanggung beban bunga pinjaman perbankan sebesar Rp1,9 triliun demi mengamankan cadangan pangan nasional. Pinjaman ini diambil untuk menutupi kebutuhan cadangan pangan, terutama beras, dalam menghadapi fluktuasi permintaan dan musim paceklik yang terjadi pada penghujung tahun.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa Bulog memerlukan biaya bunga pinjaman tersebut agar mampu memenuhi cadangan pangan yang saat ini mencapai 1,7 juta ton beras. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya saat cadangan beras nasional berkisar antara 600.000 hingga 800.000 ton.

“Kita menghadapi alarm bahaya jika cadangan tidak cukup,” kata Arief di hadapan Komisi IV DPR yang disiarkan secara virtual, Rabu (6/11).

Pinjaman tersebut perlu diambil demi menjamin stabilitas pasokan pangan nasional, "karena pemerintah harus punya cadangan pangan,” ujarnya.

Dengan kebutuhan beras nasional yang mencapai 30,5 juta ton per tahun dan tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang cukup, yang hanya mencapai sekitar 31 juta ton, cadangan beras yang tersisa hanya sekitar 500.000 ton. Arief menegaskan bahwa situasi ini menunjukkan pentingnya peningkatan produksi.

“Contohnya, Vietnam menghasilkan 26 juta ton beras, sementara kebutuhan mereka hanya 21 juta ton. Mereka punya surplus hingga 5 juta ton untuk cadangan pangan dan ekspor. Sementara kita, dengan produksi 31 juta ton dan kebutuhan 30,5 juta ton, hanya menyisakan sekitar 500.000 ton,” ujarnya.

Menurut Arief, kenaikan harga beras pada akhir tahun juga disebabkan oleh pola tanam yang masih bergantung pada curah hujan, dengan puncak panen terjadi pada semester pertama.

"Sawah kita masih banyak yang tadah hujan, sehingga produksi beras lebih tinggi di semester satu saat panen raya mencapai 5 juta ton. Sementara itu, menjelang November hingga Februari, cadangan harus benar-benar siap untuk menjaga stabilitas pasar," katanya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.