BI Peringatkan Inflasi Pangan Bakal Menggerus Pendapatan Masyarakat

Lonjakannya sudah melewati kenaikan gaji ASN.

BI Peringatkan Inflasi Pangan Bakal Menggerus Pendapatan Masyarakat
Sejumlah pedagang menata sayur dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (2/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Bank Indonesia (BI) memperingatkan kenaikan inflasi bahan pangan yang menggerus daya beli masyarakat.
  • Kepala Departemen Regional BI Anef Hartawan menekankan pentingnya menjaga lonjakan harga pangan agar tidak menggerogoti penghasilan masyarakat.
  • Inflasi volatile food telah melebihi kenaikan upah pegawai, dengan rata-rata inflasi bahan pangan sebesar 5,2 persen dari 2020-2023.

Jakarta, FORTUNEBank Indonesia (BI) mewanti-wanti bahwa kenaikan Inflasi flasi bahan Pangan bergejolak atau volatile food bakal menggerus daya beli masyarakat.

Kepala Departemen Regional BI, Arief Hartawan, mengatakan penting bagi pemerintah dan tim pengendali inflasi pusat (TPIP) serta tim pengendali inflasi daerah (TPID) untuk menjaga harga pangan tidak mengalami lonjakan. 

“Jangan sampai kenaikan harga pangan menggerogoti penghasilan mereka. Bagian volatile food ini bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi hampir setiap hari,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri 2024, Senin (4/3).

Arief menjelaskan saat ini inflasi volatile food telah melebihi kenaikan upah pegawai. 

Secara historis sejak 2020-2023, rata-rata inflasi bahan pangan mencapai 5,2 persen. Dia membandingkannya dengan gaji ASN yang naik rata-rata 6,5 persen sepanjang 2019-2024, dan UMR buruh yang bahkan kurang dari 5 persen.

Dalam tiga bulan terakhir, inflasi pangan mengalami lonjakan.

Pada Januari 2024, persentasenya mencapai 7,22 persen secara tahunan, tapi kemudian naik menjadi 8,47 persen pada Februari 2024. 

BI menilai inflasi pangan harus dikembalikan pada kisaran 5 persen. Pasalnya kelompok ini memiliki bobot relatif besar pada komposisi pengeluaran masyarakat, yaitu mencapai 33,7 persen.

Bank Indonesia juga menganggap kestabilan harga pangan sebagai kunci stabilitas sosial dan keamanan nasional.  

"Inflasi volatile food masih cenderung meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan harga beras, aneka cabai, telur ayam, dan daging ayam ras. Hal-hal ini perlu kita jaga dari waktu ke waktu," ujar Arief.

Mendagri ingatkan para kepala daerah

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, meminta para kepala daerah untuk menjaga ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan menjelang Ramadan.

Sebab, menurut dia, salah satu faktor yang paling besar mendorong kenaikan angka inflasi adalah kenaikan harga bahan pokok.

"Saya mohon betul kepada teman-teman gubernur, kepala daerah agar situasi keamanan tetap harus terjaga baik. Itu nomor satu. Situasi politik kita sudah mencapai puncak berlangsung dengan aman lancar 14 Februari,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya