BPS Ungkap Komoditas Penyumbang Inflasi Tak Diminati Petani

Minimnya petani berpengaruh terhadap suplai dan permintaan.

BPS Ungkap Komoditas Penyumbang Inflasi Tak Diminati Petani
ilustrasi petani (unsplash.com/Simon Fanger)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan Sensus Pertanian 2023 (ST2023).

Hasilnya menunjukan bahwa petani tidak banyak mengusahakan komoditas yang sering berkontribusi terhadap nilai inflasi, seperti Cabai rawit, cabai merah dan bawang merah.

“Oleh sebab itu, dari sisi suplai memang rentan,” kata Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (11/12).

BPS mencatat inflasi cabai merah 42,83 persen pada November 2023 secara bulanan dengan andil 0,16 persen, inflasi cabai rawit 43,27 persen dengan andil 0,08 persen, dan andil inflasi bawang merah 0,03 persen.

Tiga komoditas yang paling banyak diusahakan oleh usaha tani perorangan (UTP) berdasarkan hasil survei Sensus Pertanian 2023 (ST2023) adalah padi sawah inbrida dengan persentase 32,08 persen, lalu diikuti oleh ayam kampung biasa dengan persentase 18,51 persen, dan sapi potong 13,91 persen.

Minimnya petani cabai

Amalia mengatakan petani memilih berkutat dengan padi sawah inbrida karena proses budidayanya lebih mudah ketimbang padi sawah hibrida, dan ongkos produksinya lebih murah.

Sementara itu, petani yang mengupayakan cabai rawit hanya mencapai 4,18 persen atau setara dengan 1,22 juta usaha pertanian perseorangan (UTP), dan cabai merah 1,6 persen atau setara 488.000 UTP.

“Ini menurut kami masih terbilang kecil dibandingkan dengan begitu besar permintaan pada musim tertentu,” ujarnya.

Ketiadaan keseimbangan antara permintaan dan suplai, menurut Amalia, dapat menciptakan kerentanan dan menimbulkan fluktuasi harga.

Adapun wilayah yang petaninya paling banyak mengusahakan cabai adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.

Sedangkan wilayah yang jumlah petani cabainya terhitung paling sedikit adalah DKI Jakarta, Papua Tengah, dan Kalimantan Utara.

“Daerah-daerah yang masih minim ini paling rentan terdampak dengan fluktuatsi harga cabai,” ujar Amalia.

Harga cabai secara nasional

BPS mencatat harga rata-rata nasional cabai rawit hingga minggu pertama Desember 2023 mencapai Rp89.646 per kilogram. Harga ini telah naik hingga 14,59 persen dibandingkan dengan November 2023.

Harga cabai rawit tertinggi terekam di Maluku dan Sulawesi dengan masing-masing  Rp108.836 per kilogram dan Rp100.213 per kilogram.

Selanjutnya, harga rata-rata nasional untuk cabai merah hingga pekan pertama Desember 2023 mencapai Rp73.041 per kilogram, atau naik hingga 15,82 persen dibandingkan dengan November 2023.

Harga tertinggi terekam di Kalimantan dan Jawa dengan masing-masing Rp79.128 per kilogram dan Rp77.790 per kilogram.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024