Jakarta, FORTUNE - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi harga Beras akan kembali mengalami kenaikan menyusul adanya kemungkinan bahwa produksi beras akan menurun pada enam bulan kedua 2024.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan kenaikan harga beras selaras dengan penurunan produksi beras sepanjang 2024.
"Pada saat semester II, produksi pasti di bawah, sehingga akan ada perebutan gabah. Itu yang akan memicu harga akan naik di setiap akhir tahun. Malah tahun ini dalam dua sampai tiga bulan ke depan akan diprediksi naik," kata Arief dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR, Senin (10/6).
Arief mengatakan kenaikan harga gabah dan beras kemungkinan akan menembus harga eceran tertinggi (HET) dan harga pembelian pemerintah (HPP) yang baru saja ditetapkan.
Sebetulnya, Bapanas baru menaikan harga acuan beras lewat Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.5/2024 tentang Perubahan atas Perbadan No.7/2023 tentang HET Beras. Harga acuan rerata mengalami kenaikan Rp1.000 sampai Rp1.500 per kilogram bergantung pada jenis dan wilayahnya.
Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan, HET beras medium Rp12.500 per kilogram (kg) dan HET beras premium Rp14.900 per kg.
Wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, HET beras medium Rp13.100 per kg dan HET beras premium Rp15.400 per kg.
Sementara wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat, HET beras medium Rp12.500 per kg dan HET beras premium Rp14.900 per kg.
Wilayah Nusa Tenggara Timur, HET beras medium Rp13.100 per kg dan HET beras premium Rp15.400 per kg. Untuk wilayah Sulawesi, HET beras medium Rp12.500 per kg dan HET beras premium Rp14.900 per kg.
Selanjutnya wilayah Kalimantan, HET beras medium Rp13.100 per kg dan HET beras premium Rp15.400 per kg. Wilayah Maluku, HET beras medium Rp13.500 per kg dan HET beras premium Rp15.800 per kg dan yang terakhir wilayah Papua, HET beras medium Rp13.500 per kg dan HET beras premium Rp15.800 per kg.
Produksi tak sesuai sejak semester I-2024
Arief mengatakan berdasarkan proyeksi neraca pangan periode Januari–Juli 2024, surplus beras hanya mencapai 0,65 juta ton atau lebih rendah 2,64 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan total produksi Januari–Juli 2024 diprediksi mencapai 18,64 juta ton, lebih rendah 2,47 juta ton dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Sementara itu, total konsumsi beras pada Januari–Juli 2024 mencapai 18 juta ton, lebih tinggi 180.000 ton dibandingkan dengan periode sama pada 2023.
"Hal tersebut menjadi concern kami untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya, mengingat kita memasuki musim kemarau," kata Arief.