Jakarta, FORTUNE - Indonesia dilaporkan telah mendaftarkan diri untuk bergabung dalam aliansi dagang negara-negara BRICS atau Brasil, Rusia, India, Cina, dan South Afrika atau Afrika Selatan. Hal ini dimuat oleh Spectator Index pada pekan lalu.
Indonesia mendaftar BRICS bersama 12 negara lainnya, yang mencakup Arab Saudi, Venezuela, Iran, Meksiko, dan Argentina.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko "Jokowi" Widodo (Jokowi) menegaskan hal tersebut saat ini masih dalam tahap keputusan.
"Nanti diputuskan," kata Jokowi usai peresmian Indoor Multifunction Stadium (IMS) atau Indonesia Arena, Jakarta, dikutip Selasa (8/8).
BRICS digadang-gadang dapat melawan dominasi ekonomi saat ini yang dipegang oleh aliansi negara-negara maju G7, yang terdiri dari Amerika Serikat, Britania Raya, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis, dan Uni Eropa.
Anggota BRICS telah menyumbang lebih dari 40 persen populasi dunia dan sekitar 26 persen ekonomi. Kelompok ini sering kali dilihat sebagai forum alternatif untuk negara-negara di luar saluran diplomatik yang didominasi oleh kekuatan Barat.
Pada awal 2023, BRICS berwacana untuk dapat mengeluarkan mata uang baru demi menggantikan dolar Amerika Serikat yang mendominasi perdagangan global. Usulan ini digagas oleh Rusia yang sulit melakukan bisnis usai dikenai sanksi ekonomi dan keuangan akibat perang dengan Ukraina.
Keberangkatan Jokowi ke KTT BRICS di Afrika Selatan
BRICS akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada akhir Agustus mendatang di Afrika Selatan (Afsel) yang kemungkinan akan membahas soal keanggotaan baru.
Presiden Jokowi dikabarkan akan melakukan kunjungan kerja ke Afsel dalam bulan ini berkaitan dengan KTT BRICS. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, membenarkan rencana itu meski belum bisa memastikan kapan.
"Rencananya begitu. Nanti tunggu sampai semuanya sudah matang. Karena kalau persiapan kunjungan, kami persiapkan dulu. Tidak mudah, ya, teman - teman," kata Retno di Istana Kepresidenan. "Kalau sekarang kami masih berkoordinasi terus. Nanti pada saat waktunya, pasti kami sampaikan kepada teman-teman."
Sejarah terbentuknya BRICS
Penyatuan empat negara berkembang pertama kali dicetuskan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill, pada 2001.
O’Neill menyebutkan BRIC sebagai kelompok negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang besar dan diharapkan akan menjadi kekuatan ekonomi dunia pada abad ke-21.
Kemudian pada 2009, Brasil, Rusia, India, dan Cina mengadakan pertemuan di Ekaterinburg, Rusia, dan menyetujui untuk membentuk kelompok ekonomi baru yang diberi nama BRIC.
Afrika Selatan lalu bergabung pada 2011, sehingga kelompok ini menjadi BRICS.
Selama bertahun-tahun, negara-negara memainkan peranan yang semakin penting dalam perdagangan global dan juga kebijakan ekonomi. Selain itu, mereka juga telah mendukung upaya-upaya global untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral dan mendorong reformasi kebijakan keuangan global.