Insiden 737 Max 9, Alaska Airlines Akan Tuntut Boeing US$150 Juta

Akan kembali menerbangkan jenis pesawat tersebut.

Insiden 737 Max 9, Alaska Airlines Akan Tuntut Boeing US$150 Juta
Ilustrasi: maskapai Alaska Airlines. (Dok. 123RF)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Alaska Airlines akan meminta pertanggungjawaban Boeing atas kerugian yang dialaminya setelah otoritas penerbangan Amerika Serikat (FAA) melarang terbang seluruh armada pesawat Boeing 737 MAX 9 yang dioperasikannya pada awal Januari 2024. Larangan itu diiberlakukan setelah sebuah pesawatnya mengalami insiden panel terlepas pada ketinggian 16.000 kaki, yang mengharuskan pesawat dimaksud mendarat darurat.

Fortune.com melansir Senin (29/1) tentang prediksi Executive Vice President Finance and Chief Financial Officer (CFO) Alaska Air Group, Shane Tackett, akan kerugian yang dialami perusahaannya, yang setidaknya mencapai US$150 juta. Kerugian terjadi karena banyak calon penumpang membatalkan pemesanan tiket.

Dalam inspeksi keselamatannya, Alaska Airlines menemukan adanya baut terlepas pada pesawat 737 Max 9 lainnya. Namun, maskapai penerbangan tersebut memperkirakan seluruh 65 pesawat akan kembali beroperasi penuh pada akhir pekan depan. 

Insiden ini sangat berdampak bagi Alaska Airlines karena perusahaan tersebut hanya mengoperasikan armada Boeing. Padahal, maskapai serupa kebanyakan juga memiliki pesawat berbadan sempit seperti Airbus A320.

Boeing tidak menanggapi konfirmasi Fortune atas informasi ini. Namun, sebelumnya, CEO Boeing, Dave Calhoun, mengaku bertanggung jawab atas bencana yang hampir terjadi pada penerbangan 1282. 

Dia juga telah berutang pekerjaan pada insiden sebelumnya yang menimpa pendahulunya setelah perangkat lunak penerbangan 737 Max yang rusak merenggut nyawa ratusan orang pada Oktober 2018 dan Maret 2019 . 

Pada awal pekan ini, roda Boeing 757 milik Delta Airlines juga tergelincir. Untungnya, tidak dilaporkan ada korban dalam insiden yang melibatkan pesawat yang bertolak dari Atlanta itu.  

Akan mencari pemasok pesawat selain Boeing

Sementara itu, CEO United Airlines, Scott Kirby, mulai menyangsikan mutu pesawat produksi Boeing. Baik United maupun Alaska terpaksa mengandangkan seluruh pesawat Boeing 737 Max 9 mereka dengan jumlah total 140 unit. 

Timnya akan mencari pabrikan lain untuk memasok pengganti pesawat 737 Max 10 yang telah dipesannya kepada Boeing. 

"Setidaknya, selama tiga bulan pertama tahun ini kami merugi. Kami juga mengadakan rapat internal untuk mempertimbangkan apakah masih perlu melanjutkan pemesanan unit-unit pesawat Boeing terbaru,” ujarnya.

Ia menjelaskan pengubahan atau pembatalan pesanan itu akan berdampak besar terhadap United. Ukuran pesawat menentukan jarak dan rute yang bisa ditempuh maskapai penerbangan. Misalnya, dengan Boeing Max 10 yang berukuran besar, United berharap bisa terbang ke tujuan yang lebih jauh dan mengangkut lebih banyak penumpang.

Apabila mereka membatalkan pesanan atau mengalihkannya ke perusahaan lain, ada risiko perusahaan itu harus mengubah jalur penerbangan yang direncanakan jika pesawat yang sesuai tidak didapatkan.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil