Jika HGBT Tak Lanjut, Kemenperin Minta Opsi Impor Gas Murah

Kelanjutan dari kebijakannya belum menemukan titik terang.

Jika HGBT Tak Lanjut, Kemenperin Minta Opsi Impor Gas Murah
ilustrasi kawasan industri (unsplash.com/Maksym Kaharlytskyi)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Kementerian Perindustrian mengusulkan impor gas murah untuk industri jika program harga gas bumi tertentu dihentikan.
  • Impor gas murah dari negara-negara Teluk dengan harga US$3 per MMBTU dapat mendukung industri nasional.
  • Impor gas murah juga dapat meningkatkan daya saing di tingkat Asean dan global serta kontribusi sektor industri bagi pertumbuhan perekonomian nasional.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan opsi impor gas murah untuk industri jika Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Keuangan, termasuk SKK Migas tidak melanjutkan program harga gas bumi tertentu (HGBT).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan Kemenperin meminta opsi B, yakni pembukaan keran impor gas dari negara-negara Teluk dengan harga yang bisa menyentuh US$3 per MMBTU untuk kebutuhan kawasan industri dengan kriteria untuk industri berorientasi ekspor dan subtitusi impor. 

"Ini tentunya bisa mencapai enam kali lipat nilai tambah yang didapat dari HGBT gas domestik sehingga dapat mendukung industri nasional untuk menjadi tangguh dan kuat," kata Taufiek dalam keterangan resminya, dikutip Senin (25/3).

Dia mengatakan impor gas murah juga dapat mendorong Daya Saing di tingkat ASEAN dan global, serta meningkatkan kontribusi sektor industri bagi pertumbuhan perekonomian nasional tetap tumbuh dari kontribusi sektor industri. 

Ia menyayangkan jika persoalan substansi teknokratis direduksi oleh kehadiran pejabat dalam menentukan perpanjangan program HGBT.

“Sesungguhnya terminologi 'dilanjutkan' atau 'tidak dilanjutkan' program HGBT ini sangat tendensius. Karena sesungguhnya, selama Perpres belum dicabut, maka program HGBT ini tetap harus jalan dan semua pembantu Presiden wajib untuk mengikuti Peraturan Presiden ini,” ujar Taufiek.

Dampak HBGT buat industri

Taufiek mengungkapkan nilai tambah kebijakan HGBT untuk industri terhadap perekonomian nasional mencapai Rp157,20 triliun atau meningkat hampir tiga kali lipat. Sementara itu, total nilai HGBT yang dikeluarkan termasuk untuk listrik dari 2021 hingga 2023 mencapai Rp51,04 triliun.

"Artinya, manfaat dan multiplier effect-nya sangat besar bagi ekspor, pendapatan pajak, pengurangan subsidi pupuk, dan investasi," ujarnya.

Dia menjelaskan dari tujuh sektor industri penerima HGBT, yaitu industri pupuk, petrokimia, baja, keramik, kaca, oleokimia, serta sarung tangan karet, nilai tambah ekspor yang berhasil ditingkatkan pada 2021–2023 mencapai Rp84,98 triliun. 

Nilai ekspor terbesar diraih oleh sektor oleokimia pada Rp48,49 triliun. Tidak hanya ekspor, peningkatan pajak yang diperoleh mencapai nilai Rp27,81 triliun.

Efek berganda dari pemberian HGBT juga mendorong investasi baru sebesar Rp31,06 triliun, serta penurunan subsidi pupuk sebesar Rp13,33 triliun akibat penurunan Harga Pokok Penjualan (HPP) produksi. 

"Logikanya, jika HGBT ditiadakan atau tidak diperpanjang, maka terdapat opportunity lost bagi industri yang berujung perekonomian akan merosot dan menurun tiga kali lipat," katanya. 

Kebutuhan industri akan gas

Bahkan, menurut dia, jika HGBT tidak dilanjutkan, produk Indonesia akan menjadi tidak kompetitif, yang dapat berakibat pada penutupan pabrik serta PHK.

Taufiek mengingatkan industri butuh gas murah, baik sebagai energi maupun feedstock.

Gas murah sendiri memiliki peran penting bagi peningkatan daya saing saing industri dan masuknya investasi. 

“Kami juga meminta agar program HGBT sesuai Perpres Presiden Jokowi dilanjutkan bahkan diperluas dengan prinsip no one's left behind, bukan hanya untuk tujuh sektor industri yang saat ini menerima fasilitas,” ujar Taufiek.

 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil