Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyaksikan pertarungan pencalonan presiden dan wakil presiden Tanah Air kala menjalani pemulihan di Singapura.
Pasangan yang menyedot perhatiannya adalah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Luhut mengatakan ada yang menyambut dengan optimisme terhadap pasangan tersebut, tapi juga ada yang memandangnya dengan ragu.
“Tapi ini biasa saja. Adalah hal yang lumrah di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, setiap warganya mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda. Namun, saya berharap agar setiap perbedaan pendapat sebaiknya bisa disampaikan dengan penuh adab, jauh dari caci maki dan ujaran fitnah yang tak berdasar,” kata Luhut dalam catatannya yang diunggah dalam media sosial pribadinya, Rabu (25/10).
Sepanjang puluhan tahun pengalamannya mengarungi gelombang politik Indonesia, Luhut memahami bahwa setiap keputusan yang diambil dalam arena politik selalu didasari oleh pertimbangan mendalam. Hal ini pun, kata dia, berlaku pada keputusan Prabowo untuk memilih Gibran sebagai calon wakil presiden.
“Ketika melihat keduanya dideklarasikan sebagai pasangan Capres dan Cawapres, gambaran yang muncul di benak saya adalah simbiosis antara kebijaksanaan dan energi baru yang terpadu dengan sempurna. Negeri kita, yang kaya bukan hanya dari sumber daya alam tetapi juga dari potensi besar generasinya, membutuhkan sinergi antara kebijaksanaan dari pengalaman dan inovasi generasi muda,” ujarnya.
Mengulang ingatan ketika Jokowi ikut Pilpres
Luhut pun mengulang ingatannya ketika Presiden Joko Widodo mulai terlibat dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2014.
Dia mengatakan kala itu Jokowi sempat diremehkan, dan kini menjelma sebagai tokoh yang sangat diperhitungkan.
Bahkan, Jokowi menurutnya menjadi pemimpin yang tak tergantikan di Indonesia.
“Memenangkan dua kali pemilihan presiden di Indonesia tidaklah sederhana, apalagi masih memiliki 80 kali lebih “approval rate” di setahun terakhir masa jabatannya,” ujarnya.
Luhut memahami keraguan publik terhadap keputusan Prabowo dalam memilih Gibran sebagai pasangannya.
Namun, dia mengatakan keputusan tersebut ditujukan untuk mewujudkan visi Indonesia maju.
“Hal ini pula yang saya lihat dari pasangan Prabowo-Gibran: simbol harapan untuk Indonesia Maju, sebuah sinergi antara persatuan dan percepatan untuk meneruskan pembangunan berkelanjutan yang sedang kita persiapkan saat ini,” katanya.
Tak ingin ada perpecahan saat pemilu 2024
Luhut menekankan pentingnya semangat rekonsiliasi yang telah dicontohkan oleh Jokowi dan Prabowo.
Dia tak ingin perpecahan masyarakat pada masa pemilu lalu terulang kembali.
Pelajaran dari pandemi Covid-19 dan tantangan lain seperti kondisi geopolitik global membuktikan bahwa persatuan adalah kebutuhan mutlak Indonesiia
“Saya meyakini kerja sama yang baik antara Pak Prabowo dan Mas Gibran akan membuat Indonesia semakin dekat dengan masa keemasannya,” ujarnya.
Luhut mengaku akan selalu tegak lurus dalam mendukung visi yang dibawa Presiden Jokowi.
“Loyalitas saya kepada beliau tidak pernah luntur, bukan hanya karena posisinya sebagai presiden, melainkan karena integritas, dedikasi, dan contoh yang beliau tunjukkan dalam setiap aspek kehidupannya,” ujarnya.