Jakarta, FORTUNE - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menanggapi pernyataan Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD, yang mengkritik besarnya subsidi pupuk dalam acara debat Cawapres (21/1) di tengah tren penurunan jumlah Petani dan luas lahan pertanian. Dia mengatakan peningkatan subsidi pupuk terjadi karena adanya kenaikan harga bahan baku.
"Kami menyayangkan beberapa data tidak di-crosscheck secara detail, yang kami khawatirkan bisa menyebabkan disinformasi di masyarakat," kata Amran pada keterangan resmi yang dikutip Selasa (23/1).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), nilai subsidi pupuk turun dari Rp34,1 triliun pada 2019 menjadi Rp25,3 triliun. Volume pupuk subsidi pun susut dari rata-rata sekitar 9 juta ton per tahun menjadi hanya 4,7 juta ton pada tahun ini.
Harga pupuk subsidi per tonnya naik dari sekitar Rp3,78 triliun per 1 juta ton pada 2019 menjadi Rp6,32 triliun per juta ton pada 2024. Amran menjelaskan hal tersebut disebabkan kenaikan harga diamonium fosfat sebesar 76,95 persen dan urea hingga 235,85 persen.
Menurut Amran, peningkatan harga bahan baku pupuk tersebut didorong oleh dua hal, yakni pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Perang Rusia-Ukraina membuat ekspor bahan baku yang dipasok Rusia, Ukraina, Cina dibatasi.
Saat ini ketiga negara tersebut adalah pengekspor dua jenis bahan baku pupuk NPK, yakni Fosfor (P), dan Kalium (K) terbesar. Namun, Presiden Joko Widodo telah menambahkan anggaran subsidi pupuk hingga Rp14 triliun karena perekonomian makin pulih dan harga bahan baku pupuk mulai stabil.
Pembelaan Amran terkait jumlah petani
Selain itu, mengenai menyusutnya jumlah petani di Indonesia, Amran mengutip data Sensus Pertanian 2023 yang menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) mampu meningkat 8,74 persen.
Meskipun ada penurunan jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) hingga 7,45 persen, Amran mengatakan itu merupakan dampak dari mekanisasi pertanian.
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan keberhasilan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Penggunaan mekanisasi berhasil membuat efisiensi waktu pengolahan lahan hingga 97,4 persen.
“Dulu bertanam butuh 20 orang untuk 1 hektare, kini cukup satu orang selama 5 jam. Begitu pula panen dengan combined harvester cukup 2 orang per hektare selama 4 jam. Ini sangat efisien,” ujarnya.
Ia menyatakan level mekanisasi pertanian nasional telah naik dari 0,5 horse power (HP) pada 2012 per hektare menjadi 2,1 HP per hektare pada 2021. Amran menargetkan angka tersebut naik menjadi 3,5 HP per hektare pada 2024.
Amran menjelaskan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum justru meningkat 35,54 persen secara tahunan. Jumlah petani milenial dengan umur 19-39 tahun naik 21,39 persen menjadi 6,18 juta orang.
"Pemerintah terus mendorong regenerasi petani dan terlihat berbagai program kita memberi dampak positif,” katanya.