Ganjar Andalkan Korporatisasi Pertanian untuk Kemandirian Pangan
Visinya adalah pertanian dikelola anak muda.
Jakarta, FORTUNE – Calon Presiden (Capres) Nomor 3, Ganjar Pranowo, menawarkan penerapan korporatisasi dan modernisasi teknologi pertanian untuk menggapai kemandirian pangan via konsolidasi lahan dan penggunaan alat modern dalam pertanian jika dia terpilih sebagai presiden.
“Dulu pernah uji coba Sukoharjo. Dalam 100 hektare, satu hamparan diolah menggunakan teknologi modern, mulai dari penggunaan traktor untuk melakukan penanaman, dan bisa dilakukan perecepatan dibandingkan menanam secara manual,” kata Ganjar saat Dialog Ekonomi Capres bersama Kadin yang disiarkan secara nasional, Kamis (11/1).
Petani yang mempunyai area lahan kecil, kata Ganjar, akan diajak untuk bergabung dalam pertanian modern.
Nantinya, sistem pertanian tersebut dikelola oleh anak muda yang telah beroleh pelatihan dan teknologi pertanian. Sementara kaum lanjut usia yang sudah tidak bertani, kata Ganjar, akan melakukan hal lain seperti beternak atau berdagang.
Dia mengakui tidak semua anak muda mau mengelola pertanian, tapi ada juga yang mempunyai minat besar terhadap ini. Oleh karena itu, anak muda perlu mendapat insentif dalam bidang pertanian.
“Kalau anak muda yang ideologis ini kami kasih pelatihan dan teknologi, dan mudahkan bibit. Ada kementerian, BRIN, dan perusahaan swasta yang dapat menyediakan itu,” ujarnya.
Dia meyakini modernisasi merupakan sebuah jawaban untuk mengatasi kelangkaan pangan. Dengan strategi tersebut, dia optimistis dapat meningkatkan derajat petani dan membangun kemandirian pangan.
“Kalau tanpa itu, kita [akan mengerjakannya secara] manual terus,” katanya.
Andalkan impor untuk jaga stok pangan
Dalam setahun belakangan, masalah pangan menjadi hal serius yang dibicarakan di dalam negeri. Datangnya fenomena alam El Nino dan anomali kenaikan harga telah menyebabkan kelangkaan pasokan beras. Pemerintah pun harus kembali mengandalkan impor untuk memenuhi stok pangan domestik dan menstabilkan harga jual bahan pangan.
Data Badan Pangan Nasional sampai dengan akhir 2023 menunjukkan bahwa produksi beras nasional hanya mencapai 30,89 juta ton, anjlok 650.000-an ton dibandingkan dengan 2022 yang mencapai 31,54 juta ton.
Padahal, konsumsinya tahun lalu mencapai 30,84 juta ton.
Mengacu pada data Bapanas, proyeksi konsumsi tahun tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 30,2 juta ton, dan pada 2021 yang mencapai 30,04 juta ton.
Pada 2023, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor 3 juta ton beras dari penugasan 3,8 juta ton. Untuk tahun ini, pemerintah telah menetapkan impor 2 juta ton beras.