Permintaan Global Melemah, Industri Tumpuk Stok di Gudang

Kemenperin yakin permintaan akan pulih tahun depan.

Permintaan Global Melemah, Industri Tumpuk Stok di Gudang
Ilustrasi pekerja di di industri manufaktur/Shutterstock/Gorodenkoff
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendi Antoni Arief mengungkap adanya pelemahan permintaan global pada Industri Manufaktur. Kondisi demIKIan turut menurunkan nilai ekspor terhadap produk manufaktur.

“Karena ekspor menurun, beberapa menahan barangnya di gudang sambil menunggu permintaan untuk tahun depan,” kata dia dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Kamis (28/12).

Dia mengeklaim para pelaku industri mengaku saat ini masih menerima permintaan yang cukup banyak, sehingga mereka tetap berproduksi.

“Sebenarnya kami melihat angkanya meningkat, tapi industri akan bersiap-siap menjual barangnya tahun depan,” ujarnya.

Dengan ketersediaan stok barang di gudang, Febri menekankan bahwa belum ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, apabila kondisi yang berlaku sekarang justru sebaliknya, dengan produksi dan permintaan yang menurun, maka perlu dicarikan jalan keluar.

“Oleh karena itu, kami menyimpulkan sementara industri sedang menyetok barang untuk ke depannya dan akan diserap pasar,” katanya.

Rilis IKI Kemenperin Desember 2023

Kemenperin telah merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2023 yang mencapai 51,32 atau turun 1,11 poin dibandingkan dengan November 2023 yang sebesar 52,43.

Meski turun, IKI tetap pada tingkat ekspansif dan meningkat 0,42 poin dibandingkan dengan IKI Desember tahun lalu.

Dilihat dari variabel pembentuknya, penurunan IKI kali ini terjadi karena variabel pesanan baru dan produksi mengalami ekspansi pada Desember 2023. Variabel pesanan baru turun dari 54,85 menjadi 53,44, dan variabel produksi juga turun dari dari 54,50 menjadi 53,86.

Sementara itu, variabel persediaan produk mengalami kontraksi 42,21. Artinya, terjadi peningkatan stok produk pada industri pengolahan Indonesia.

Kemudian, variabel produksi mengalami ekspansi 53,86, tapi lebih rendah dibandingkan dengan November yang mencapai 54,50. Penurunan itu disebabkan oleh berkurangnya pesanan, masih banyaknya stok barang di gudang, serta faktor musiman.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya