Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengEkspor Bawang Merah ke negara lain, seiring dengan produksi tahunan yang mencapai 1,35 juta ton. Dengan jumlah tersebut, Indonesia memiliki surplus sekitar 186.000 ton setelah kebutuhan konsumsi dalam negeri sebesar 1,16 juta ton terpenuhi.
"Pemerintah terus mendorong komoditas pangan yang produksinya surplus di dalam negeri agar dapat berekspansi dan memenuhi kebutuhan pasar internasional. Seperti bawang merah, kita lihat dapat diekspor dari Indonesia ke Malaysia dan beberapa negara lainnya. Ini tentu menjadi harapan kita bahwa Indonesia bisa menjadi produsen pangan dunia," kata Arief dalam keterangannya, Minggu (13/10).
Langkah ini sejalan dengan visi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan paling lambat empat tahun setelah dilantik pada 20 Oktober mendatang. Ekspor pangan, termasuk bawang merah, dilakukan dengan memastikan kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi dari produksi domestik.
Menurut data Kementerian Pertanian, dalam rentang 2019 hingga 2023 Indonesia menempati posisi ke-33 sebagai eksportir bawang merah di dunia, dengan nilai ekspor rata-rata sebesar US$9,46 juta per tahun. Angka ini meningkat 44,87 persen dibandingkan dengan periode 2017-2021, dengan Indonesia masih berada pada urutan ke-35 dengan nilai ekspor rata-rata US$6,53 juta per tahun.
Potensi Ekspor ke ASEAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor bawang merah Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif, khususnya ke negara-negara ASEAN. Thailand menjadi tujuan utama dengan penerimaan ekspor mencapai 6.000 ton atau senilai 8 juta USD pada 2023. Di sisi lain, ekspor ke Malaysia mengalami lonjakan signifikan, dari hanya 59,6 ton pada 2021 menjadi 612,8 ton pada 2023, menunjukkan peningkatan hampir 10 kali lipat.
Selain itu, bawang merah menjadi penyumbang terbesar produksi kategori sayuran di Indonesia, dengan kontribusi sebesar 13,59 persen sepanjang 2023. Indonesia memiliki sekitar 3,5 juta rumah tangga usaha pertanian yang mengandalkan hortikultura, termasuk bawang merah, sebagai usaha utama.
Jaga nilai tukar petani hortikultura
Arief juga menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen menjaga kesejahteraan petani melalui kebijakan yang memastikan nilai tukar petani Hortikultura (NTPH) tetap berada di atas 100 poin. Pada September 2024, NTPH tercatat mencapai 108,46, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang berada pada level 106,20.
Indeks harga yang diterima petani sayur-sayuran, termasuk bawang merah, juga mencatat peningkatan. Pada September 2024, indeks tersebut mencapai 135,02, dibandingkan dengan 127,94 pada September tahun sebelumnya.
Dengan potensi dan sumber daya melimpah, produksi bawang merah diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen pangan dunia. Pemerintah terus berupaya menggenjot ekspor komoditas ini ke pasar internasional, sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi petani dan meningkatkan devisa negara.