Jakarta, FORTUNE - Sinar Mas Agribusiness and Food memfasilitasi lebih dari 500 petani sawit swadaya di Aceh Utara dan Langkat, Sumatra Utara, untuk mengajukan permohonan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) lewat program bertajuk Sawit Terampil.
Program tersebut memberikan pelatihan peningkatan kapasitas dan mengajarkan petani swadaya untuk menerapkan metode budidaya yang lebih berkelanjutan, juga mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO.
“Sejauh ini, 520 petani Indonesia sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi RSPO sebagai hasil dari program ini. Sawit Terampil semakin populer di kalangan petani, dan telah menjangkau 4.829 petani melalui 6.643 sesi pelatihan, atau setara dengan 11.646 jam pelatihan,” kata Head of Sustainability and Strategic Projects, Sinar Mas Agribusiness and Food, Götz Martin, di hadapan pers, Jumat (26/5).
Martin mengatakan sertifikasi ISPO merupakan tonggak penting bagi petani swadaya, dan mengikuti mandat pemerintah bahwa petani dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di negara ini setidaknya harus memenuhi standar ISPO pada 2025.
Menurutnya, inisiatif ini ditujukan untuk mendorong industri kelapa sawit yang berkelanjutan dari hulu ke hilir.
“Indonesia membutuhkan sektor pertanian yang berkembang untuk mengelola sumber daya alamnya yang besar secara berkelanjutan, dan untuk mencapai ketahanan pangan dan energi. Di seluruh Indonesia, lebih dari 2,7 juta petani swadaya mengelola 41 persen perkebunan kelapa sawit di Indonesia,” ujarnya.
Petani rentan terhadap ancaman ketidakpastian ekonomi dan perubahan iklim
Pada saat yang sama, Martin menyebut petani swadaya sangat rentan terhadap ancaman ketidakpastian ekonomi dan perubahan iklim. Sektor pertanian yang berkelanjutan dan tangguh dapat memberikan stabilitas yang mereka butuhkan untuk memitigasi risiko-risiko ini.
Sawit Terampil dirancang untuk membantu melindungi petani swadaya dari tekanan-tekanan ini dengan memberdayakannya dengan keterampilan dan pengetahuan.
“Kami bertujuan untuk membangun ketangguhan di antara para petani swadaya dan membekali mereka dengan kemampuan untuk menjaga stabilitas dalam menghadapi perubahan,” ujarnya.
Progres petani sawit yang diberikan pelatihan
Sebanyak 120 petani di Langkat dan Subulusaalam yang memiliki 112 bidang tanah telah memverifikasi legalitas tanahnya. Di Aceh dan Sumatera Utara, lebih dari 2.500 petani memiliki lebih dari 2.700 bidang tanah telah menyelesaikan survei sertifikasinya, yang merupakan prasyarat untuk memverifikasi legalitas tanah mereka.
Secara keseluruhan, lebih dari 3.000 petani telah mengambil langkah menuju kesiapan sertifikasi melalui partisipasi mereka dalam program Sawit Terampil. Lebih lanjut, sesi pelatihan telah memberikan hasil materi yang dapat membantu mendukung mata pencaharian petani dengan meningkatkan hasil panennya, mengurangi biaya input, dan meningkatkan efisiensi pertanian.
“Data Sawit Terampil menunjukkan bahwa petani yang telah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan produktivitas perkebunan rata-rata sebesar 14 persen, dari 18,5 ton/ha/tahun menjadi 21,02 ton/ha/tahun, dengan jumlah pohon per hektar yang tetap. Kabupaten Langkat mengalami peningkatan produktivitas tertinggi sebesar 19 persen. Rata-rata produktivitas perkebunan rakyat secara nasional adalah 9,6 ton/ha/tahun,” kata Martin.