Jakarta, FORTUNE - Direktur Keuangan Institut Teknologi Bandung (ITB), Anas Maruf, mengatakan pemasukan dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang disetorkan oleh mahasiswa hanya menyumbangkan 33 persen untuk belanja keperluan dan operasional kampus.
Oleh karena itu, ITB juga berupaya mencari pemasukan lainnya untuk memenuhi kekurangan belanja tersebut.
“Kita sebagai PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) mencari sendiri dananya bisa lewat hibah, bisa mengejar kerja sama pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” kata dia dalam konferensi pers di Gedung Rektorat ITB, yang juga disiarkan secara virtual, Rabu (31/1).
Laporan keuangan ITB 2022 menunjukkan total pendapatan yang dikantongi universitas itu mencapai Rp1,91 triliun. Itu terdiri dari pendapatan penyelenggara pendidikan atau setoran UKT mahasiswa sebesar Rp634 miliar. Kemudian pemasukan terbesar lainnya adalah bantuan pendanaan pendidikan yang mencapai Rp554 miliar.
Selanjutnya, pemasukan lainnya adalah pendapatan dari penelitian, kerja sama pendidikan, pengabdian, dan kemitraan lainnya yag mencapai Rp610 miliar.
Anas mengatakan ITB sebagai PTN-BH juga boleh berinvestasi untuk beroleh pendapatan. Dari pos ini, ITB mengantongi Rp56 miliar pada 2022.
“Ini memang merupakan usaha dari civitas ITB yang melakukan usaha mandiri,” katanya.
Jika melihat pos beban pada laporan keuangan ITB, belanja paling besar adalah penyelenggara pendidikan yang menghabiskan Rp564 miliar. Kemudian diikuti oleh administrasi dan umum mencapai Rp541 miliar, dan operasi pemeliharaan menghabiskan Rp372 miliar.
Banyak mahasiswa ITB menunggak UKT
Pada kesempatan yang sama, Anas menyampaikan bahwa masalah UKT yang tidak dibayar oleh mahasiswa ITB sudah menumpuk.
“Besarannya kami tidak bisa menyampaikan karena menyangkut kerahasiaan, tetapi cukup banyak. Cukup besar sehingga menjadi konsensus,” kata Anas.
ITB, kata Anas, mengintervensi mahasiswa yang tidak bisa membayar UKT melalui pengetatan dalam beberapa hal.
“Memang kami mengetatkan masalah piutang ini dan kita mengintroduksi tidak bisa mengakses perwalian jika dia belum bayar sama sekali,” ujarnya.
Pihaknya pun telah mengajak sekitar 1.000 mahasiswa yang menunggak UKT untuk berdialog. Namun, dari ajakan tersebut hanya sekitar 311 mahasiswa yang datang. Dari total tersebut, ada 182 mahasiswa yang benar-benar bermasalah.
“Kami sudah menghitung bahwa beasiswa yang diterima ITB itu mencukupi untuk mengatasi 182 mahasiswa itu,” ujarnya.