Bahlil Ungkap Alasan Pabrik Metanol Bojonegoro Sempat Tertunda

Pabrik metanol dibutuhkan untuk dukung B50.

Bahlil Ungkap Alasan Pabrik Metanol Bojonegoro Sempat Tertunda
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. (dok. ESDM)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ungkapkan rencana pembangunan pabrik metanol senilai US$1,2 miliar di Bojonegoro.
  • Proyek ini tertunda karena ketidaksepahaman antara Kementerian Investasi dan Kementerian ESDM sebelumnya.
  • Pabrik metanol dibutuhkan untuk mendukung program mandatori campuran biodiesel dengan kelapa sawit sebesar 50 persen (B50) pada tahun depan.

Jakarta, FORTUNE – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah akan segera memulai pembangunan pabrik Metanol di Bojonegoro senilai US$1,2 miliar. Menurutnya, proyek ini sebenarnya telah lama direncanakan, tetapi terus tertunda karena ketidaksepahaman antara Kementerian Investasi dan Kementerian ESDM sebelumnya.

“Investasinya sekitar US$1,2 miliar. Kita harus bangun investasi metanol di Bojonegoro, kemudian gasnya sudah kami siapkan, 90 MMbtu. Ini kenapa dulu enggak jadi-jadi, karena Kementerian Investasi jalan kiri, ESDM jalan kiri, akhirnya ketemu di tikungan. Yang ada omong-omong terus, enggak selesai itu barang,” ucapnya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2024, Rabu (11/12).

Sebagai mantan Menteri Investasi yang kini memimpin Kementerian ESDM, Bahlil berharap proyek tersebut bisa segera terealisasi. “Saya pikir, sebagai mantan alumni Kementerian Investasi, barang ini harus bergandengan untuk menyukseskan kedaulatan energi nasional,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bahlil menyampaikan bahwa pembangunan pabrik metanol dengan kapasitas produksi 800 ribu ton per tahun tersebut dibutuhkan untuk mendukung program mandatori campuran Biodiesel dengan kelapa sawit sebesar 50 persen (B50) pada tahun depan.

Terlebih, hingga saat ini, kebutuhan metanol dalam negeri sebagian besar masih bergantung pada impor. “Tidak akan mungkin kita bisa melakukan ini tanpa ada metanol. Kita butuh metanol sekitar 2-2,3 juta ton. Ini butuh hilirisasi. Hilirisasinya dari sektor hulu migas,” jelasnya.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers