Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan keunggulan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat memberikan dampak pada penguatan dolar AS yang menyebabkan tekanan pada mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan pemantauannya, keunggulan Trump disinyalir akan membuat suku bunga Fed tetap tinggi dan perang dagang tetap berlanjut.
“Dinamika ini akan berdampak ke seluruh negara, khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu pertama tekanan terhadap nilai tukar, kedua arus modal, dan ketiga adalah bagaimana ini berpengaruh pada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan. Ini yang kemudian harus kita respons secara hati-hati,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Rabu (6/11).
Belum lagi, kepastian mengenai penurunan suku bunga AS juga masih dibayangi oleh ketegangan geopolitik dunia yang meningkat, termasuk konflik di kawasan Timur Tengah.
Meski demikian, ungkap Perry, BI memperkirakan Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuannya satu kali lagi pada tahun ini menjadi 4,5 persen dan kembali melakukan pemangkasan ke 3,5 persen pada 2025.
“Permasalahannya, kepastian mengenai penurunan suku bunga itu tentu saja diliputi oleh ketegangan geopolitik dunia yang sangat tinggi, termasuk juga berlanjutnya konflik Timur Tengah,” ujar Perry.
Untuk itu, BI terus menyampaikan komitmennya untuk menjaga stabilitas dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan bersinergi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
"Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan menjaga nilai tukar rupiah sebagai mandat kami," katanya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (7/11), ke level Rp15.808 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,15 persen atau 24,5 poin ke level Rp15.808, sedangkan indeks dolar AS terpantau naik 0,11 persen ke level 105,2.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Yen Jepang, misalnya, menguat 0,1 persen; dolar Hong Kong menguat 0,03 persen; dan won Korea Selatan menguat 0,1 persen.
Adapun mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan, seperti dolar Taiwan yang turun 0,4 persen, peso Filipina melemah 0,14 persen, yuan Tiongkok melemah 0,14 persen, serta dolar Singapura melemah 0,05 persen.