Harga Minyak Mentah Indonesia Agustus Lalu Turun ke US$78,51/barel

Penurunan disebabkan proyeksi peningkatan pasokan.

Harga Minyak Mentah Indonesia Agustus Lalu Turun ke US$78,51/barel
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/wsj
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) Agustus 2024 turun menjadi US$78,51/barel dari US$82/barel pada bulan sebelumnya.
  • Penurunan harga disebabkan oleh peningkatan produksi minyak dunia dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok.
  • Harga rata-rata minyak mentah utama pada Agustus 2024 juga mengalami penurunan signifikan.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian ESDM menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Agustus 2024 mencapai US$78,51/barel atau turun dari bulan sebelumnya yang sebesar US$82/barel.

Angka ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Agustus 2024 tanggal 2 September 2024.

"ICP bulan ini telah ditetapkan sebesar USD78,51/barel, turun dari bulan sebelumnya sebesar USD82/barel. Penurunan ini selaras dengan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar akan turunnya permintaan sentimen negatif pasar, juga diperkuat dengan meredanya ketegangan politik di Timur Tengah," jelas Kepala Biro KLIK Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, dalam keterangan resminya Jumat (6/9).

Penurunan harga minyak juga terjadi akibat adanya rencana OPEC+ untuk tetap menghentikan pengurangan produksi secara sukarela mulai Oktober 2024, yang berarti peningkatan pasokan minyak pada penghujung 2024.

Selain itu, International Energy Agency (IEA) dalam laporan Agustus 2024 menyampaikan peningkatan produksi minyak mentah dunia sebesar 230.000 bph menjadi 103,4 juta bph, seiring pasokan OPEC+ secara bertahap kembali memasuki pasar dan peningkatan pasokan non-OPEC+.

"IEA dan OPEC menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak terutama untuk tahun 2025, dengan sebagian besar alasan diakibatkan dari perlambatan ekonomi dan melemahnya konsumsi minyak Tiongkok," kata Agus.

Sementara itu, untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diindikasikan dengan penurunan Purchasing Manager Index (PMI), baik untuk sektor manufaktur maupun non-manufaktur.

Ada pula faktor lain, seperti merosotnya permintaan minyak dan BBM di Tiongkok akibat peningkatan penggunaan kendaraan listrik dan kendaraan dengan bahan bakar gas alam cair.

OPEC juga merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2024 sebesar 0,1 persen menjadi 0,2 persen bila dibandingkan dengan publikasi bulan sebelumnya akibat lemahnya iklim investasi di Jepang pada semester I-2024.

Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Agustus 2024 dibandingkan Juli 2024 mengalami penurunan menjadi sebagai berikut:

  • Dated Brent turun sebesar US$4,40/bbl dari US$85,31/bbl menjadi USD80,91/bbl.
  • WTI (Nymex) turun sebesar US$5,05/bbl dari US$80,48/bbl menjadi US$75,43/bbl.
  • Brent (ICE) turun sebesar US$5,00/bbl dari US$83,88/bbl menjadi US$78,88/bbl.
  • Basket OPEC turun sebesar US$6,03/bbl dari US$84,43/bbl menjadi US$78,40/bbl.
  • Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun sebesar US$3,49/bbl dari USF82,00/bbl menjadi US$78,51/bbl

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil