INDEF Prediksi Harga Batu Bara 2024 Sekitar US$110-130 per Ton

Harga terdampak penurunan konsumsi Eropa, Cina, dan India.

INDEF Prediksi Harga Batu Bara 2024 Sekitar US$110-130 per Ton
dok. PT RMK Energy Tbk
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya mewanti-wanti adanya penurunan permintaan Batu Bara di Cina, Eropa, dan India. Kondisi tersebut dapat berdampak pada penurunan batu bara Indonesia yang kebanyakan diekspor ke sana.

"EU, Cina, dan India sudah peak, dan akan decline, walaupun sedikit. [Konsumsi mereka memuncak] pada 2023. Ini perlu diwaspadai," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Harga Batu bara Kembali Membara, Bagaimana Prediksi di Tahun 2024?" Senin (12/12).

Harga batu bara menurutnya akan bergerak pada kisaran US$110-130 per ton. Tren penurunan harga terjadi menyusul berakhirnya siklus commodity supercycle, dan normalisasi harga komoditas.

Namun demikian, kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian dapat membuat tren penurunan harga tersebut berbalik. Sebab, berdasarkan pengalaman tahun lalu, ketegangan geopolitik turut mendisrupsi rantai pasok global dan membuat sejumlah harga komoditas energi melonjak.

"[harga batu bara] turunnya tidak jauh, tapi tren menurun saya amati akan terjadi di 2024. Apalagi juga masih ada tahun politik jadi kalau ada yang bandel-bandel, ini bisa naik lagi hotspot, tensinya, bisa naik (harga) dan berpengaruh terhadap stabilitas energi," katanya.

Tingginya harga di tengah commodity supercycle juga dipengaruhi oleh tertekannya permintaan dan kapasitas terpasang selama pandemi; scarring effect terhadap pendapatan, keterampilan dan pemasukan; perpindahan banyak perusahaan keluar Cina; konsentrasi dana ke penanganan pandemi ketimbang transisi energi; serta peluang Donald Trump untuk terpilih kembali dalam Pilpres Amerika Serikat.

"Saya kira, melihat dari pola terbesar, kita sudah memasuki post-peak commodity supercycle. Puncaknya biasanya cukup lama, tapi dipercepat dengan adanya tensi geopolitik di Ukraina. Saat ini posisi masih meningkat harganya, tapi permintaan menurun," ujarnya.

Perlu dukungan pemerintah

Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (Aspebindo) Muhammad Puri Andamas mengatakan ada berbagai faktor global dan lokal yang telah berkontribusi pada fluktuasi harga batu bara.

Salah satu poin utama yang dia tekankan adalah meningkatnya permintaan global, yang tentu saja dipengaruhi oleh kebijakan lingkungan global. Karena itu, dia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri batu bara, dan masyarakat luas dalam menavigasi tantangan ini.

Apalagi, dinamika harga batu bara pada masa mendatang akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam meningkatkan konsumsi batu bara dalam negeri. 

Di samping itu, dia menggarisbawahi perlunya inovasi untuk menciptakan peningkatan efisiensi dalam industri batu bara agar bisa memenuhi kebutuhan energi global dan juga dalam negeri.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024