Investasi Hilirisasi Naik 177,9 Persen Usai Ekspor Ore Nikel Dilarang

BKPM sebut kenaikan penanaman modal capai 3 kali lipat.

Investasi Hilirisasi Naik 177,9 Persen Usai Ekspor Ore Nikel Dilarang
Smelter PT GNI. (dok. PT GNI)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim Daeng Barang, mengatakan penanaman modal untuk hilirisasi terus meningkat usai pemerintah memberlakukan kebijkan larangan ekspor ore nikel, terutama untuk industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya.

Berdasarkan data Kementerian Investasi, jumlah penanaman modal untuk industri tersebut hanya Rp61,6 triliun pada 2019. Kemudian, setelah larangan ekspor diberlakukan, pada 2022 nilainya melesat menjadi Rp171 triliun.

"Investasi sektor mineral terus meningkat kurang lebih 3 kali lipat dalam kurun tiga tahun terakhir," ujarnya dalam webinar betajuk "Peluang Investasi Hilirisasi Sektor Mineral", Senin (14/8).

Dengan tren tersebut, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya juga menduduki peringkat tertinggi realisasi investasi sektoral di Indonesia. Pada 2019, industri itu berada pada peringkat keempat dengan nilai Rp61,6 triliun atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kemudian, pada 2020 posisinya menanjak ke peringkat ketiga dengan realisasi Rp94,8 triliiun atau tumbuh 11,5 persen. Selanjutnya, pada 2021 mencapai posisi pertama dengan realisasi investasi Rp117,5 triliun atau meningkat 13 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada 2022, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya tetap pada posisi pertama dengan realisasi investasi Rp171,2 triliun atau naik 14,2 persen.

"Ketika kita melarang ekspor ore industri ini terus naik ini menunjukkan industri hilirisasi ni terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai investasi industri logam ini meningkat 177,9 persen dalam waktu empat tahun terakhir," katanya.

Masih tertinggi hingga tengah tahun 2023

Realisasi investasi industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan juga masih tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang Januari–Juni 2023, yakni Rp89 triliun atau di atas transportasi, gudang, dan telekominikasi Rp79,1 triliun; pertambangan Rp71,4 triliun; perumahan, kawasan industri dan perkantoran Rp58,3 triliun, dan industri kimia & farmasi Rp48,1 triliun.

Hal ini, menurut menteri Investasi Bahlil Lahadalia, menunjukkan bahwa strategi kebijakan pemerintah yang berfokus pada hilirisasi konsisten mampu menjadi penunjang realisasi investasi terbesar di Indonesia.

Berdasarkan asal negara, realisasi investasi kuartal II-2023 didominasi oleh Singapura pada US$3,4 miliar, disusul oleh Cina US$2,6 miliar, Hong Kong US$2 miliar, Jepang US$1 miliar, Malaysia US$40,8 miliar.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil