Pemerintah Sudah Matangkan Pembatasan BBM Bersubsidi

Pemerintah akan tambah Transjakarta saat pembatasan dimulai.

Pemerintah Sudah Matangkan Pembatasan BBM Bersubsidi
ilustrasi spbu Pertamina (Wikipedia commons/a-roes)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi merencanakan pembatasan BBM bersubsidi untuk kendaraan roda empat dengan cc besar.
  • Langkah ini diambil agar penyaluran subsidi BBM lebih tepat, memperlebar ruang fiskal, dan menyediakan bis listrik untuk mengurangi polusi udara perkotaan.
  • PT Transjakarta akan bertahap beralih ke bis listrik sebagai upaya mengatasi masalah pencemaran udara, dengan biaya pengoperasian yang cukup efisien.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi menyatakan rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah dimatangkan.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, mengatakan kebijakan ditujukan untuk menyalurkan subsidi BBM agar lebih tepat sasaran, sekaligus dapat memperlebar ruang fiskal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan kebersihan BBM, serta menyediakan bis listrik untuk mengatasi polusi udara perkotaan.

"Rencana kebijakannya sudah matang. BBM kita harus dibersihkan dari sulfur yang tinggi tapi itu butuh biaya. Sementara BBM bersubsidi tidak boleh naik harganya. Maka dari itu, langkah paling tepat adalah memperbaiki penyaluran BBM bersubsidi," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (13/9).

Pemerintah merencanakan Pembatasan BBM Bersubsidi bagi kendaraan roda empat dengan volume ruang silinder (cc) besar. Motor dan mobil dengan cc kecil masih dapat menggunakan biosolar dan pertalite yang merupakan produk BBM bersubsidi.

Harga BBM bersubsidi tidak akan naik dan pasokan akan tetap terjaga bagi masyarakat yang membutuhkan. Rachmat  menampik anggapan bahwa rencana kebijakan ini akan menekan kelas menengah karena pembatasan kemungkinan akan dilakukan berdasarkan tipe mesin mobil.

"Rencana kebijakan ini sudah dirancang sedemikian rupa justru untuk melindungi kelas menengah. Kelas menengah akan terlindungi karena masih dapat mengakses BBM bersubsidi yang kualitasnya diperbaiki dan rendah polusi," ujarnya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Operasional dan Keselamatan PT Transjakarta Daud Joseph menyampaikan rencana badan usaha daerah tersebut untuk secara bertahap melakukan pengadaan bus listrik.

"Akhir tahun ini PT Transjakarta akan menambah unit 500 bus baru, yang terdiri atas bus besar, bus medium dan microtrans atau kecil. Semuanya akan berupa bus listrik. Harapannya dengan lebih banyak orang beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang nol emisi, kita bisa sama-sama atasi masalah pencemaran udara," ujar Daud.

Pada 2022, PT Transjakarta untuk pertama kali mengoperasikan bis listrik dan menemukan bahwa biaya pengoperasian bus listrik dibandingkan dengan bus berbasis solar hampir sama.

Menurutnya, pengalaman mengoperasikan 100 bus listrik pertama telah mengajarkan PT Transjakarta bahwa biaya produksi dan pemeliharaan bus listrik menjadi semakin efisien dan semakin terjangkau.

Rachmat kemudian mengatakan ekspansi dan elektrifikasi kendaraan umum merupakan kunci penanganan polusi udara, terutama di Jakarta.

"Transjakarta sangat besar dan penting bagi kita semua. Perannya sangat sentral dalam mengendalikan polusi udara di Jakarta," kata Rachmat.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024