Jakarta , FORTUNE -Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, mengatakan tren penyaluran LPG bersubsidi atau PSO sejak Januari hingga akhir Mei lalu atau year-to-date (ytd) meningkat lima persen dibandingkan dengan 2022.
Berdasarkan volume konsumsinya, realisasi LPG 3 kg telah mencapai 3,32 juta MT atau lebih tinggi 8,4 persen dibandingkan kuota APBN sebesar 3,06 juta MT.
Dengan tren tersebut, ia memprediksi kuota subsidi LPG 3 Kg akan jebol pada Desember 2023.
"Ini juga kita sudah buat seasionality-nya. Sehingga prognosa kami di akhir nanti, Desember 2023 akan over 2,7 persen," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (14/6).
Proyeksi kelebihan konsumsi 2,7 persen tersebut membuat volume subsidi LPG 3 kg akan bergeser menjadi 8,2 juta MT atau lebih tinggi dari 8 juta MT yang ditetapkan dalam APBN.
Ia juga menggarisbawahi bahwa realisasi subsidi LPG 3 kg yang telah mencapai 3,32 juta MT pada akhir Mei lalu setara dengan Rp34,01 triliun. Dengan realisasi volume yang diperkirakan mencapai 8,2 juta MT pada akhir tahun, dia memperkirakan total subsidi LPG 3 kg akan mencapai Rp85,45 triliun.
Karena itu, dia berharap pemerintah dapat memberikan kompensasi terhadap kelebihan konsumsi LPG 3 Kg. Sebab, dalam DIPA APBN 2023, katanya, anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk subsidi LPG mencapai Rp117,84 triliun.
"Kalau DIPA ada kelebihan sekitar Rp32 triliun mungkin ini akan bisa mengkompensasi selisih 2,7 persen over kuota LPG tersebut," katanya.
Hampir seluruh lokasi yang dilayani Pertamina Patra Niaga mengalami kelebihan konsumsi LPG 3 Kg, baik itu Sumatera bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, Jawa Bagian Barat, DKI, Jatim Bali dan Nusa Tenggara, serta Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk 2024, Pertamina memproyeksikan terjadi peningkatan sekitar 2 persen dibandingkan permintaan LPG 3 kg atau bersubidi di 2023. "Kami proyeksikan angkanya jadi bergeser ke 8,83 juta MT (sepanjang tahun), sementara untuk tren seasionality-nya hampir sama tahun ke tahun. Dan saya kira seluruh anggota sudah paham trennya akan turun jelang lebaran, kemudian akan naik sampai akhir Desember 2023," katanya.
Pengguna LPG non-subsidi turun
Alfian juga menyampaikan bahwa rumah tangga pengguna BBM subsidi dan non-subsid kian timpang. Pasalnya , konsumen LPG untuk sektor rumah tangga non-subsidi menurun akibat disparitas harga yang tinggi dengan LPG bersubsidi.
"Kalau kita bandingkan 2022 dan 2023, LPG non-PSO rumah tangganya terjadi pergeseran 21 persen," ujarnya.
Sementara jika dilihat berdasarkan volumenya, konsumsi LPG nonsubsidi hanya 150.000 MT dari Januari hingga Mei 2023. Angka tersebut jauh dibandingkan dengan periode sama pada 2019.
"Kembali lagi ini mungkin karena disparitas harga yang tinggi ," katanya.
Dalam kesempatan sama, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Emma Sri Martini, mengatakan kebijakan penyesuaian pengendalian penerima LPG 3 kg dapat membuat realisasi subsidi LPG 3 kg lebih terkendali sesuai sasaran.
"Betul sekali bahwa prognosa 2023 apabila tidak terdapat kebijakan penyesuaian untuk pengendalian penerima LPG diproyeksikan akan mencapai kuota atau bahkan melebihi kuota. Barangkali ini menjadi pembahasan bersama," ujarnya.