Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) kembali menerbitkan instrumen moneter untuk memperdalam pasar keuangan domestik dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Setelah pada September lalu merilis sekuritas rupiah (SRBI), kini BI menerbitkan dua instrumen sekaligus, yakni Sekuritas Valutas Asing BI (SVBI) dan Sukuk Valas BI (SUVBI).
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan dua instrumen tersebut dikeluarkan sebagai salah satu resep untuk menjaga stabilitas moneter di tengah tingginya ketidakpastian global yang dipicu perang Israel-Palestina.
"Kondisi globalnya semakin tidak menentu dan semakin tinggi, kami menakar, 'OK, intervensi cukup enggak? Ditambah SRBI cukup enggak?' Jawaban kami, kami perlu tambahin yaitu adalah penguatan resepnya tadi," ujarnya dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Oktober 2023, Kamis (19/10).
SVBI merupakan surat berharga dalam valuta asing yang diterbitkan BI sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (kurang dari setahun) dengan menggunakan underlying asset berupa surat berharga dalam valas yang dimiliki BI. Sementara, SUVBI merupakan instrumen serupa yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.
Karakteristik dua instrumen tersebut adalah berjangka waktu satu sampai 12 bulan, diterbitkan tanpa warkat, dapat dipindahtangankan, dan dapat dimiliki oleh penduduk atau bukan penduduk di pasar sekunder.
"BI punya aset valas dalam bentuk cadangan devisa. Itu kita gunakan sebagai underlying dan kita terbitkan SVBI dan SUVBI. Dengan tenor 1, 3, 6, 9, dan 12 untuk SVBI. Untuk SUVBI sementara ini adalah 1, 3, 6 dulu tapi kalau pasarnya besar, kita bisa perpanjang jadi 12 bulan," kata Perry.
Meluncur pertengahan November
Penerbitan SVBI dilakukan melalui lelang dengan bank umum yang menjadi peserta operasi pasar terbuka (OPT) konvensional dalam valas. Sementara, penerbitan SUVBI dilakukan melalui lelang dengan bank umum syariah dan Unit Usaha Syriah (UUS) yang menjadi peserta OPT Syariah dalam valas.
"Bulan lalu kami sampaikan instrumen moneter BI akan semakin pro-market sehingga kita akan secara bertahap menggunakan instrumen yang selama ini lebih pro market, SUVBI atau SVBI ini bisa diperdagangkan di pasar sekunder, dan boleh juga diperdagangkan dengan non residen," ujarnya.
Harapannya, dua instrumen ini dapat memperkuat kebijakan moneter BI dan mendukung upaya menarik portfolio inflows.
"Suku bunganya juga akan mekanisme pasar sehingga akan menarik bagi pasar dan karena itu bisa mendorong aliran modal asing masuk portofolio," kata Perry.
Jika tidak ada aral melintang, lanjut Perry, dua instrumen moneter baru tersebut akan diluncurkan mulai 17 November mendatang. Selain itu, BI juga tengah menyiapkan instrumen derivatifnya, yakni interest rate swap dan foreign exchange swap.
Dengan begitu, BI berharap pasar uang rupiah dan pasar valas di Indonesia menjadi lebih menarik, baik bagi institusi keuangan dalam negeri maupun investor asing.
"Sehingga dengan instrumen derivatif ini, bagi investor maupun juga institusi keuangan dalam negeri banyak alternatifnya untuk instrumen likuiditas jangka pendek. Rupiahnya bisa SRBI, valas bisa SVBI untuk lindung nilai bisa pakai IRS bisa pakai FX Swap ini akan semakin lengkap. Istilahnya, kita akan perdalam danau untuk investasi portofolio baik perbankan dalam negeri dalam manajemen likuiditas mereka maupun bagi investor asing," ujarnya.