Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menaikkan target harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam asumsi makro Rancangan APBN 2024. Kenaikan tersebut disebabkan sejumlah dinamika yang terjadi pada OPEC dan negara-negara penghasil minyak lainnya beberapa pekan terakhir.
"ICP naik dari US$80 per barel ke US$82 per barel seperti yang kami sampaikan tadi. Beberapa minggu terakhir harga minyak melonjak, bahkan sekarang naik di atas atau di sekitar US$90 dolar (per barel)," ujarnya dalam rapat di Badan Anggaran DPR RI, Kamis (7/9).
Dia mengatakan perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Rusia berkomitmen menahan atau mengurangi jumlah produksi.
"Kita juga mendengar berita bahwa di AS, Presiden [Joe] Biden membatalkan eksplorasi di Alaska. Ini tentu akan memunculkan dinamika dari sisi supply," ujarnya.
Tidak hanya dari sisi pasokan, pemerintah juga mencermati perkembangan dari sisi permintaan dalam menentukan target ICP tahun depan. Menurut Sri Mulyani, perekonomian dunia yang masih digelayuti ketidakpastian akan mempengaruhi volatilitas harga minyak global.
Ia menyebut, misalnya, permintaan di pasar Amerika Serikat yang tahun depan menetapkan target inflasi lebih rendah tanpa menaikkan suku bunga yang akan mendisrupsi pertumbuhan ekonominya.
"Ini masih menjadi ketidakpastian yang masih kita terus perhatikan, dan tentu ekonomi kedua terbesar RRC yang sedang terus berupaya untuk mengembalikan ekonomi yang cenderung melemah. Dua hal inilah yang kemudian akan memunculkan bagaimana dinamika harga minyak akan ditentukan oleh supply maupun prospek ekonomi besar," katanya.
Di luar itu, faktor geopolitik juga terus menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan ICP pada angka US$82 per barel. "Ini yang sering kemudian tidak bisa dimasukkan dalam modeling proyeksi," ujarnya.
Lifting minyak naik
Pemerintah juga mengerek target lifting minyak dalam asumsi makro RAPBN 2024, dari 625.000 barel per hari menjadi 635.000 barel per hari.
"Tentu KKKS dan SKK Migas akan terus kita monitor agar delivery dari lifting minyak bisa betul-betul terwujud pada angka 635.000 barel per hari," katanya.
Di luar itu, asumsi makro lainnya mulai dari pertumbuhan ekonomi hingga lifting gas masih sama. Pertumbuhan ekonomi tetap dipatok 5,2 persen, sementara inflasi pada level 2,8 persen.
Suku bunga SBN 10 tahun Indonesia ditetapkan 6,7 persen, sementara nilai tukar rupiah masih Rp15.000 per US$. Lifting gas juga masih sama, yakni 1.033 ribu barel setara minyak per hari.