Sri Mulyani: RI Butuh US$200 M untuk Green Building

Pemerintah perlu meningkatkan pembiayaan untuk proyek hijau.

Sri Mulyani: RI Butuh US$200 M untuk Green Building
Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI. (Flickr)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia membutuhkan US$200 miliar atau sekitar Rp3.064 triliun untuk membangun gedung ramah lingkungan hingga 10 tahun ke depan. Ini menjadi tantangan yang membutuhkan solusi inovatif dan upaya kolaboratif. 

"Dengan kata lain, pemerintah harus bekerja keras untuk me-leverage opsi pembiayaan untuk membangun proyek di Indonesia," kata Sri Mulyani dalam Seminar Energy Efficient Mortgage (EEM) Development throughout ASEAN countries, Selasa (22/8).

Selain itu, kawasan Asia Pasifik juga membutuhkan pendanaan US$17,8 triliun untuk membangun rumah tinggal. Karenanya, negara-negara anggota Asean perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan pendanaan tersebut, dan pada saat yang sama memanfaatkan potensi green building di kawasan.

"Mendanai pembangunan green building sangat penting untuk perekonomian kita," ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, kawasan Asia mengalami ekspansi ekonomi dan pertumbuhan populasi yang luar biasa dan menjadikannya garda depan pembangunan baru secara global. Dalam satu dekade mendatang, diprediksi 50 persen pembangunan dunia akan berlokasi di Asia.

"Peningkatan emisi CO2 dari sumbernya dalam kegiatan konstruksi mendesak kita untuk mengatasi tantangan ini dengan inovasi," katanya.

Urgensi efisiensi energi 

Sri Mulyani juga menyinggung sektor bangunan dan konstruksi yang menjadi kontributor terhadap konsumsi energi global dan emisi CO2.

Pada 2020, kawasan Asia mengonsumsi 36 persen dari total konsumsi energi global dan menyumbang 37 persen emisi CO2 dunia. 

"Kita perlu bekerja sama untuk mendorong inovasi konstruksi bangunan untuk meningkatkan efisiensi energi dan membatasi konsumsi energi dengan tetap memberikan upaya untuk membatasi konsumsi energi," ujarnya.

Di Asia Tenggara sendiri, peningkatan taraf hidup masyarakat dan iklim yang lebih hangat membuat kawasan ini kehilangan 30 persen dari beban puncak energinya untuk pendinginan ruang. Angka ini meningkat cukup signifikan dari 2018 yang konsumsinya hanya 10 persen.

Di sisi lain, Indonesia mengalami berbagai kendala untuk membangun green building di tengah peningkatan kebutuhan pembangunan baru yang terus meningkat,.

"Hambatan finansial yang ditandai dengan tingginya biaya di muka dan terbatasnya akses terhadap modal," katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya