NEWS

Sri Mulyani: Kalau Investasi Makin Menarik, Anda Harus Makin Waspada

Sri Mulyani cemas inklusi keuangan tinggi, literasi rendah.

Sri Mulyani: Kalau Investasi Makin Menarik, Anda Harus Makin WaspadaMenteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri B20 WiBAC di Jakarta, Jumat (17/6)/ FORTUNE INDONESIA/DESY Y.
14 August 2023

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan cemas dengan angka literasi keuangan Indonesia yang rendah pada level 49,5 persen. Hal itu tidak sebanding dengan tingkat inklusi keuangan yang telah mencapai 85 persen. Itu berarti masyarakat dapat mudah terjerumus ke dalam investasi atau produk keuangan yang merugikan.

"Kita harus mengejar supaya jangan sampai mereka yang sudah terinklusi kemudian masuk ke berbagai investasi-investasi atau kegiatan keuangan yang kemudian merugikan dirinya sendiri karena tidak melek terhadap aspek-aspek investasi," ujarnya dalam seminar bertajuk "Rising Stars: Young Entrepreneurs Shine in Financial Investing, Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) 2023", Senin (14/8).

Menurutnya, literasi keuangan sangat penting sebab investasi legal dan dijamin negara seperti surat berharga negara pun bisa merugikan. Sebab, imbal hasil SBN juga sangat bergantung pada fundamental perekonomian sebuah negara. 

Karena itu, menurutnya, para pembeli SBN sebaiknya mulai mempelajari indikator-indikator perekonomian yang dapat mempengaruhi imbal hasil dari produk investasi yang akan dibeli. 

Dus, pada instrumen SBN ritel seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 23, yang  51 persen dari 666.135 pembelinya merupakan Milenial dan Generasi Z, Sri Mulyani berharap analisis fundamental sudah menjadi pertimbangan sebelum melakukan pembelian.

"Kalau Anda investasi di tempat lain, kebun kurma, atau investasi emas, banyak pilihan yang Anda bisa pilih. Yang paling penting Anda tahu karakter dari produk yang mau investasi. Makanya membutuhkan literasi. Kalau tahu mau beli surat berharga negara, ORI (Obligasi Ritel Indonesia), jangan percaya sama dia ngomong beli-beli. Jangan. Baca APBN. APBN-nya sehat enggak. Sesuai apa enggak," ujarnya.  

Dia mengatakan dalam memilih instrumen investasi saham, jika investor memahami karakteristik dan fundamental perusahaan yang akan dibeli, mereka tidak akan terjerumus ke dalam kerugian kendati nilai sahamnya bisa sangat fluktuatif di pasar.

"Orang yang mau menarik uang Anda untuk [investasi] pasti cerita yang bagus-bagus...Dia mau cerita apa saja karena yang diincar itu uang Anda untuk investasi. Atau untuk ditipu tadi. Kalau untuk investasi masih jujur. Kalau yang ditipu itu jahat banget. Kalau makin menarik, kalian harus waspada," katanya.

Pentingnya pendalaman pasar

Sri Mulyani juga mengatakan pentingnya pendalaman pasar keuangan domestik. Jika pasar kian dalam, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan dapat diperoleh dari investasi dalam negeri dan Indonesia akan lebih tahan dengan guncangan perekonomian.

Persoalan yang telah berulang kali dia sampaikan ini dilatarbelakangi oleh masih terbatasnya instrumen keuangan dan investasi di Indonesia. Imbasnya, terjadi gap yang cukup besar antara kebutuhan investasi dengan dana yang tersedia dalam bentuk tabungan masyarakat.

Sektor perbankan sebagai salah satu sumber pembiayaan jangka pendek masih sangat dominan dibandingkan dengan sektor lain. Porsi aset dalam industri keuangan nonbank, seperti asuransi dan dana pensiun yang berfungsi sebagai sumber dana jangka panjang untuk mendukung pembiayaan pembangunan, relatif masih kecil.

Tahun lalu, dalam rapat kerja dengan DPR RI, Sri Mulyani menyebut terbatasnya instrumen keuangan sangat terkait dengan keterbatasan dalam hal ketersediaan instrumen keuangan untuk investasi dan pengelolaan risiko. 

Instrumen keuangan yang tersedia di dalam negeri baru meliputi tabungan, giro, deposito, reksa dana, saham, obligasi, dan produk derivatif yang masih terbatas. Pada saat bersamaan, munculnya suatu instrumen keuangan yang sophisticated seperti aset kripto, mendapatkan minat yang cukup tinggi dari masyarakat dan dimanfaatkan sebagai alternatif dalam berinvestasi.

"Untuk pembangunan terus berkelanjutan memang dibutuhkan pembiayaan, namun dibutuhkan juga sektor keuangan yang tidak hanya stabil, tapi juga dalam. Ibaratnya kalau perekonomian seperti danau yang sempit dan dangkal, dilempar kerikil satu pun langsung bergolak dan memercik ke mana-mana. Kalau seperti laut yang luas dan dalam, dalam guncangan apa pun kita relatif bisa meredam dan tenang," ujar.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.