Memahami Behavioral Economics: Pengertian, Faktor, dan Prinsipnya
Manusia adalah makhluk unik dalam banyak keputusan ekonomi.
Jakarta, FORTUNE – Ada banyak pendekatan yang bisa dilakukan untuk memahami konsep perekonomian di tengah masyarakat, salah satunya adalah studi behavioral economics.
Berdasarkan sejarah yang diungkapkan oleh laman pluang.com, Behavioral economics mulai berkembang di kalangan ekonom pada tahun 1960-an. Awalnya cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi bias utama saat seseorang menentukan keputusan ekonomi.
Beberapa ilmuwan yang kerap mendalami permasalahan ini adalah psikolog Amos Tverky dan Daniel Kahneman. Pada dekade 1970-an dan 1980-an, keduanya menemukan bahwa satu individu dengan individu lain rupanya menginterpretasikan informasi-informasi ekonomi secara berbeda.
Menurut keduanya, manusia cenderung berpatokan pada pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki ketimbang pada data ketika menentukan sebuah keputusan.
Untuk memahami hal ini lebih jauh, berikut ulasan lengkap behavioral economics secara lebih mendalam, dengan mengutip dari Pluang.com.
Pengertian
Secara umum, behavioral economics dapat diartikan sebagai studi psikologi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan ekonomi pada individu maupun institusi.
Teori ini ada untuk menganalisis keputusan ekonomi manusia yang dianggap tidak logis dan tidak mengikuti prediksi model ekonomi.
Banyak perilaku ekonomi manusia yang kadang tidak didasarkan pada logika, seperti halnya berjudi. Meski kalah dalam satu babak, pemain judi kerap mempertaruhkan lebih besar lagi pada babak selanjutnya. Meskipun hal ini sebenarnya bertentangan dengan logika ekonomi yang menyebutkan bahwa pertaruhan lebih besar dilakukan pada satu babak bila pemain memenangkan babak sebelumnya.
Ragam peristiwa ekonomi yang di luar nalar tersebut membuat akademisi mengasumsikan bahwa segala tindak-tanduk manusia didorong oleh emosi dan kerakusan, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisinya saat itu. Asumsi inilah yang kemudian menjadi fondasi bagi behavioral economics.
Behavioral economics juga sering dikaitkan dengan normative economics atau perspektif ekonomi yang menggambarkan penilaian normatif terhadap pembangunan ekonomi, proyek investasi, dan sebagainya.
Faktor pendorong
Dalam kajian tentang behavioral economics, terdapat lima faktor yang memengaruhi individu dalam mengambil keputusan ekonomi, antara lain:
- Bounded Rationality
Konsep di mana individu mengambil keputusan ekonomi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Sayangnya, pengetahuan atau informasi tersebut sering kali terbatas karena kurangnya keahlian individu maupun informasi yang tersedia. - Choice Architecture
Manusia dapat dengan mudah dimanipulasi dengan insentif atau kesepakatan. Misalnya, saat sebuah toko melakukan promosi dengan membuat program buy 1 get 1 atau sejenisnya yang membuat konsumen membeli produk tersebut, sebagai satu keputusan ekonomi. - Cognitive Bias
Merupakan sebuah kesalahan dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan informasi yang menyebabkan pengambilan keputusan tidak akurat. Misalnya, seseorang memilih saham suatu perusahaan untuk berinvestasi berdasarkan hal subjektif seperti warna logo dan lokasi perusahaan. Padahal, investor sepatutnya berpatokan pada aspek fundamendal dan data-data ketika ingin memilih saham jagoannya. - Discrimination
Pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan bagaimana individu memandang orang lain atau sesuatu dari penglihatan mereka. Umumnya, mereka hanya melihat hal yang ingin mereka lihat sementara apa yang mereka lihat belum tentu menjadi pilihan terbaik. - Herd Mentality
Keyakinan bahwa pengambilan keputusan ekonomi individu berdasarkan apa yang dilakukan orang lain. Sering kali, manusia mengambil keputusan dengan mengikuti suara mayoritas atau lingkungan sekitar daripada suara sendiri.
Prinsip dasar
Selain beberapa faktor di atas, terdapat juga beberapa prinsip yang jadi dasar dari behavioral economics, yakni:
- Framing
Pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan cara penyajian informasi kepada individu. - Heuristic
Pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan mentalitas di mana individu lebih memilih melanjutkan apa yang telah mereka lakukan daripada memikirkan situasi yang lebih menguntungkan. - Loss Aversion
Kondisi saat emosi negatif seseorang lebih kuat dibanding emosi positifnya. Contohnya, ketika orang merasa lebih sedih saat kehilangan uang Rp100.000 dibandingkan merasa senang ketika menemukan uang Rp100.000 di jalan raya. - Market Inefficiencies
Pengambilan keputusan ekonomi dengan prinsip ini berdasarkan pertimbangan bagaimana harga saham yang terlalu mahal masih memikat investor karena turunnya Price to Earning Ratio (PER) atau rasio untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per saham. - Mental Accounting
Pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan keadaan bukan karena strategi jangka panjang. - Sunk-Cost Fallacy
Pengambilan keputusan ekonomi berdasarkan keterikatan emosional dengan biaya yang telah dikeluarkan di masa lalu.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui terkait dengan behavioral economics. Manusia adalah makhluk hidup yang unik dengan segala dasar pengambilan keputusan, seperti pada sektor ekonomi. Semoga dengan ulasan ini, Anda lebih memahami berbagai keunikan yang dimiliki manusia.