JLL Prediksi Pasar Properti Asia Pasifik Menggeliat pada 2022
Volume investasi diproyeksikan naik lebih dari 15%.
Jakarta, FORTUNE - Pasar properti komersial Asia Pasifik berpeluang akan lebih stabil pada 2022 seiring percepatan kegiatan investasi dan sewa.
Konsultan real estate global Jones Lang LaSalle Incorporated (JLL) dalam laporan terbaru bertajuk "2022 Asia Pacific Outlook" memperkirakan volume investasi pada 2022 akan mencapai sekitar US$200 miliar atau 15 persen lebih tinggi dari perkiraan volume investasi 2021 yang telah mencapai US$162 miliar-US$169 miliar.
Perkiraan JLL terlepas dari munculnya kekhawatiran baru mengenai dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Apa saja yang mendongkrak peluang tersebut?
Optimistis didorong pemulihan ekonomi
Menurut JLL, beberapa hal akan mendorong peningkatan aktivitas investasi dan mendukung pemulihan berkelanjutan di sektor leasing pada seluruh kelas asset tahun depan. Di antaranya adalah penguatan pasar perkantoran, permintaan yang tinggi untuk fasilitas logistik modern, serta pertumbuhan berkelanjutan dari sektor alternatif seperti pusat data dan life science.
“Pasar real estate Asia Pasifik pada 2022 akan lebih kuat dari tahun sebelumnya, karena investor mempertahankan pandangan bullish mereka dan aktivitas persewaan yang akan terus membaik,” kata Anthony Couse, Chief Executive Officer, Asia Pacific, JLL dalam keterangan resmi, Senin (27/12).
Anthony mengatakan perjalanan pemulihan ekonomi bukan tanpa hambatan. Namun, mayoritas klien JLL menyatakan keyakinannya pada masa depan pekerjaan berbasis kantor.
“Sentimen investor positif, walaupun masih ada ketidakpastian yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan di tahun mendatang,” ujarnya.
JLL memperkirakan volume modal yang menargetkan real estat akan tetap stabil sepanjang 2022. Ketika itu, investor kemungkinan mengerahkan lebih banyak dana untuk investasi oportunistik di pasar seperti Cina dan Jepang.
Prospek investasi 2022
Pada 2022, pasokan pasar perkantoran Asia Pasifik akan bertambah 6,9 juta meter persegi, naik 13 persen dari 2021. JLL pun memperkirakan tingkat penyerapan bersih akan naik 20 persen, didorong oleh ekspansi sektor keuangan, teknologi, dan ruang fleksibel.
Stok pergudangan premium ditargetkan tumbuh 17 persen pada 2021–2022. Ini merupakan pertumbuhan tercepat yang pernah tercatat, dengan pasokan 20,8 juta meter persegi siap digunakan. Sebagai dampak dari meningkatnya realokasi saham dan portofolio, JLL juga memprediksi investasi logistik akan mencapai US$60 miliar pada 2025.
Investasi perhotelan juga diprediksi akan meningkat 30 persen tahun depan hingga mencapai US$9 miliar, berkat kepercayaan yang mulai pulih di sektor industri perhotelan.
Selain itu, permintaan dari investor dan penghuni pusat data akan terus tumbuh. Pasar cloud hyperscale akan naik 400 persen dari US$37 miliar tahun ini menjadi US$ 179 miliar pada 2026.
Hal ini akan menciptakan permintaan terhadap real estat untuk mendukung ekspansi. Ketika sektor life science masih ideal bagi sebagian investor di Asia Pasifik, kawasan ini akan menawarkan beragam peluang dalam hal lokasi dan kelas aset karena permintaan penghuni terus tumbuh pada 2022.
Tantangan yang perlu diwaspadai
Roddy Allan, Chief Research Officer, JLL Asia Pacific, mengatakan pasar real estat Asia Pasifik telah menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2021. Sementara itu, akan terdapat beberapa risiko pada 2022.
“Investor dengan pandangan jangka panjang tetap yakin dengan tren sekuler yang akan mendorong permintaan di wilayah ini, seperti urbanisasi yang terus berlangsung; peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan kelas menengah; serta akselerasi sektor e-commerce. Semua ini menunjukkan peluang bagi investor,” katanya.