NEWS

Tarif Trump Picu Kekhawatiran Global, Ekonom: Ancaman bagi AS

Ekonom menilai kebijakan ini tidak masuk akal.

Tarif Trump Picu Kekhawatiran Global, Ekonom: Ancaman bagi ASilustrasi pelantikan donald trump (YouTube/@whitehouse)
04 February 2025
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai kritik atas kebijakan tarifnya yang dinilai dapat merugikan perekonomian global. Mantan Menteri Keuangan AS, Larry Summers, menyebut kebijakan ini sebagai ancaman yang tidak masuk akal. "Berhenti atau aku akan menembak kakiku sendiri," ujarnya.

Dewan redaksi Wall Street Journal bahkan menyebutnya sebagai "Perang Dagang Paling Bodoh dalam Sejarah," sementara JP Morgan menyatakan semakin khawatir dengan dampak kebijakan ini. Hampir seluruh ekonom sepakat bahwa tarif yang diberlakukan Trump tidak menguntungkan bagi AS dan dapat memicu perang dagang global. Demikian dilaporkan Fortune.com.

Pada 1 Februari, Trump memberlakukan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan Cina, dengan pengecualian bagi sektor energi Kanada. Langkah ini segera direspons oleh Kanada dengan kebijakan balasan, sementara Meksiko tampaknya akan melakukan hal serupa. Namun, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengumumkan bahwa Trump setuju menunda kebijakan tersebut selama satu bulan, setelah berbicara melalui telepon pada Senin. Sebagai imbalan, Sheinbaum menyatakan bahwa Meksiko akan mengerahkan 10.000 tentara ke perbatasan untuk menghentikan aliran fentanyl ke AS.

Sebelum pengumuman tersebut, pasar saham global mengalami penurunan tajam. Indeks S&P 500 sempat turun 1,9 persen sebelum akhirnya sedikit pulih dan hanya mencatat penurunan 0,6 persen.

Kini Trump "perang dagangnya" ke Kanada dan Meksiko. Hal ini terjadi setelah pembicaraan dilakukan Trump dengan para pemimpin kedua negara, yang seharusnya menjadi sekutu dekat AS itu, Senin (3/2) waktu setempat. Trump menyebut percakapannya dengan Presiden Meksiko sebagai diskusi yang bersahabat. Ia juga telah berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Cina juga dikabarkan ingin melakukan negosiasi. Banyak pihak menduga bahwa kebijakan tarif ini adalah taktik negosiasi Trump. Akan menjadi pertanyaan apakah tarif akan diberlakukan kembali setelah penundaan sebulan, atau apakah Kanada dan Cina dapat memperoleh kesepakatan yang lebih menguntungkan.

Reaksi dari dunia keuangan

Banyak analis bank investasi dan ekonom memperingatkan dampak negatif kebijakan ini. Deutsche Bank menggambarkan situasi ini sebagai "Senin yang kacau." Larry Summers juga menegaskan bahwa kebijakan Trump bertentangan dengan logika ekonomi dan akan meningkatkan harga bagi masyarakat Amerika serta berpotensi menghilangkan lapangan kerja.

Trump sendiri beralasan bahwa tarif tersebut ditujukan untuk mengurangi imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba. Ia mengakui kebijakannya bisa membawa "rasa sakit" bagi ekonomi, tetapi menegaskan bahwa itu adalah harga yang harus dibayar. "INI AKAN MENJADI ZAMAN KEEMASAN AMERIKA!" tegasnya.

Dewan redaksi Wall Street Journal menilai kebijakan ini tidak masuk akal, terutama dengan penerapan tarif 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada serta 10 persen terhadap Cina. Mereka menyoroti risiko besar bagi mitra dagang AS. "Ini mengingatkan kita pada lelucon lama Bernard Lewis bahwa menjadi musuh Amerika berisiko, tetapi menjadi teman Amerika bisa berakibat fatal," tulis mereka.

JP Morgan dalam catatan penelitiannya tertanggal 31 Januari menyatakan kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat mengarah pada lingkungan bisnis yang kurang kondusif. Keputusan ini juga disebut "mengancam perjanjian perdagangan bebas yang telah berlangsung selama beberapa dekade." Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada hanya bersifat sementara. Jika berlanjut, harga konsumen diprediksi akan meningkat.

Capital Economics bahkan memberikan peringatan lebih keras, menyebut kebijakan ini sebagai "serangan pertama dalam perang dagang global yang sangat merusak," yang dapat mendorong ekonomi Meksiko dan Kanada ke dalam resesi serta menutup peluang penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dalam 12 hingga 18 bulan ke depan. Apa pun yang terjadi, gejolak kebijakan Trump 2.0 tampaknya masih belum usai.

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.