BPS: Panen Raya Beras Maret dan April Diproyeksi Capai 8,46 Juta Ton
Paling banyak berasal dari Pulau Jawa.
Fortune Recap
- Perkiraan BPS: Panen raya beras petani pada Maret dan April 2024 mencapai 8,46 juta ton.
- Produksi beras 2024 diperkirakan meningkat pada Maret dan puncaknya April, didominasi oleh Pulau Jawa sebesar 60% total produksi.
- Pasokan produksi beras dari Pulau Jawa pada Maret mencapai 2,15 juta ton dan April hingga 2,92 juta ton. Produksi utama terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Jakarta, FORTUNE – Badan Pusat Stastistik (BPS) memperkirakan masa panen raya Beras akan berlangsung pada Maret dan April 2024.
Lembaga tersebut memproyeksi bahwa panen raya pada Maret akan mencapai 3,52 juta ton, dan April yang merupakan masa puncak akan mencapai 4,92 juta.
Dengan demikian, total panen beras pada dua bulan tersebut mencapai 8,46 juta ton.
“Produksi beras tahun 2024 diperkirakan akan meningkat pada Maret dan puncaknya April. Diperkirakan ada panen raya dan tentunya meningkatnya suplai, dan ini diharapkan dapat meredam inflasi pada Maret dan April,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, saat Rakor Pengamanan Pasokan dan Harga Jelang Ramadan, Senin (4/3).
Untuk panen mendatang itu, pasokan produksi beras akan didominasi dari Pulau Jawa dengan 60 persen total produksi, yang diikuti oleh Sulawesi dan Sumatera.
“Di Pulau Jawa pada Maret panennya mencapai 2,15 juta ton dan April hingga 2,92 juta ton,” ujarnya.
Produksi beras utama pada Maret 2023 diperkirakan terjadi di Jawa Timur dengan 840,94 ribu ton, Jawa Tengah 819,03 ribu ton, dan Jawa Barat 358,61 ribu ton.
Kemudian untuk April 2024, Jawa Timur menyumbang 1,08 juta ton, selanjutnya Jawa Tengah 893,28 ribu ton, dan Jawa Barat 734,79 ribu ton.
Harga beras terpengaruh pasar internasional
Mengenai kenaikan harga beras yang terjadi sekarang ini, Amalia mengatakan kondisi tersebut mendapat pengaruh pula dari lonjakan harga beras di pasar internasional.
Harga beras dari negara-negara seperti Thailand dan Vietnam, kata dia, mengalami kenaikan sejak awal 2023.
“Kenaikan harga beras internasional didorong dengan penurunan produksi karena El-Nino, dan pengetatan ekspor yang dilakukan oleh India,” ujarnya.
Harga rata-rata beras secara nasional di tingkat penggilingan pada Februari 2024 naik menjadi Rp14.274 per kilogram atau 6,76 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Di tingkat grosir, harga beras bergerak ke level lebih tinggi hingga 5,96 persen dari bulan sebelumnya, menjadi Rp14.398 per kilogram.
Sementara di tingkat eceran, harga beras telah menyentuh Rp15.157 per kilogram pada Februari 2024.
Kenaikan harga beras pada berbagai rantai distribusi terjadi seiring dengan kenaikan harga gabah di tingkat petani.
Menurut BPS, harga gabah kering panen (GKP) naik 4,86 persen secara bulanan menjadi Rp7.261 per kilogram.
Sementara itu, harga gabah kering giling (GKG) dilaporkan naik menjadi Rp8.591 per kilogram atau 6,13 persen dari bulan sebelumnya.
Realisasi impor beras sampai dengan Januari 2024 telah mencapai 443.000 ton, dengan mayoritas negara sumber adalah Thailand dengan 237.000 ton, diikuti Pakistan dengan 129.000 ton, Myanmar 41.000 ton, dan Vietnam 32.000 ton.