Diskon Tarif Listrik Berandil pada Deflasi 0,76 Persen Januari 2025
Begitu pun sejumlah komoditas.
Fortune Recap
- Kebijakan diskon tarif listrik PLN menjadi faktor utama deflasi.
- Komoditas penyumbang utama deflasi adalah tarif listrik, tomat, ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indonesia mengalami Deflasi sebesar 0,76 persen secara bulanan (month-to-month) pada Januari 2025. Salah satu faktor utama yang mendorong terjadinya deflasi adalah kebijakan Diskon Tarif Listrik sebesar 50 persen yang diberikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kepada pelanggan dengan daya listrik hingga 2.200 volt ampere.
“Deflasi bulanan pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di September 2024,” kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers yang berlangsung Senin (3/2).
Secara tahunan atau year-on-year, Indonesia masih mengalami Inflasi sebesar 0,76 persen.
Menurut Amalia, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama deflasi dengan andil 1,44 persen.
“Komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik,” ujarnya.
Data BPS menunjukkan tarif listrik mengalami deflasi sebesar 32,03 persen dan menyumbang andil deflasi sebesar 1,47 persen.
Selain listrik, beberapa komoditas lain yang juga menyumbang deflasi adalah tomat (0,03 persen), ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara dengan andil masing-masing 0,01 persen.
Namun, tidak semua sektor mengalami deflasi. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau justru mengalami inflasi sebesar 1,94 persen dengan andil inflasi 0,56 persen. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng.
Peran diskon tarif listrik dalam deflasi
Amalia menyatakan deflasi tarif listrik terjadi karena pemberlakukan kebijakan diskon pemangkasan tarif 50 persen yang diberikan kepada pelanggan dengan daya listrik hingga 2.200 VA pada Januari 2025.
“Diskon ini mempengaruhi perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) karena sesuai dengan pedoman Consumer Price Index Manual yang menjadi acuan global dalam penghitungan inflasi,” ujarnya.
Secara historis, perubahan tarif listrik juga pernah terjadi pada Juli dan Agustus 2022 akibat penyesuaian tarif tenaga listrik pada kuartal ketiga tahun tersebut.
Dari segi persebaran wilayah, sebanyak 34 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi, sementara empat provinsi lainnya mencatat inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat sebesar 2,29 persen, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Kepulauan Riau sebesar 0,43 persen.
Sementara itu, secara tahunan 30 provinsi mengalami inflasi, sedangkan delapan provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi secara tahunan terjadi di Papua Pegunungan sebesar 4,55 persen, sedangkan deflasi terdalam tercatat di Gorontalo sebesar 1,52 persen.
Komponen inflasi dan deflasi
Jika dilihat berdasarkan komponennya, deflasi Januari 2025 terutama didorong oleh penurunan harga pada komponen harga yang diatur pemerintah, yang mengalami deflasi 7,38 persen dan berkontribusi terhadap deflasi sebesar 1,44 persen. Selain tarif listrik, tarif angkutan udara dan tarif kereta api juga menjadi faktor penekan harga.
Di sisi lain, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95 persen dengan andil inflasi 0,48 persen. Komoditas penyumbang inflasi terbesar dalam kategori ini adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.
Komponen inti juga mengalami inflasi 0,30 persen dengan andil inflasi 0,20 persen. Beberapa komoditas yang dominan menyumbang inflasi dalam kategori ini adalah minyak goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil, dan sepeda motor.
Prospek inflasi ke depan
Amalia mengatakan tingkat inflasi tahunan pada Januari 2025 mencapai 0,76 persen, dan itu dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga konsumen dari 105,19 pada Januari 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025. Inflasi tahunan ini didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 3,69 persen dengan andil 1,07 persen.
Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah minyak goreng (0,14 persen) dan sigaret keretek mesin (0,12 persen). Komoditas lain yang juga menyumbang inflasi cukup besar adalah cabai rawit, kopi bubuk, dan beras.
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat deflasi tahunan terdalam dengan andil deflasi 1,39 persen, terutama akibat penurunan tarif listrik.
BPS menyatakan komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi tahunan 6,41 persen dengan andil deflasi 1,26 persen, yang juga dipengaruhi oleh penurunan tarif listrik.
Dengan tren ini, BPS akan terus memantau dinamika harga dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inflasi ke depan, terutama dalam menghadapi kebijakan ekonomi dan perubahan harga komoditas strategis di dalam negeri.