Konflik Timur Tengah Pengaruhi Pelemahan Rupiah hingga Tembus Rp15.428
Tren pelemahan diprediksi masih terus terjadi
Fortune Recap
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 160,5 poin menjadi Rp15.428 pada penutupan perdagangan hari Kamis (3/10).
- Sentimen eksternal dari konflik Timur Tengah dan pernyataan Presiden Richmond Fed Thomas Barkin mempengaruhi pelemahan rupiah.
- Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal pemangkasan suku bunga acuan hingga akhir tahun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang solid.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren terus melemah. Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (3/10) nilai tukar rupiah menurun 160,5 poin yang sebelumnya sempat melemah 175 poin menjadi Rp15.428.
Sentimen eksternal berasal dari Konflik Timur Tengah yang meluas yang dapat mengganggu aliran minyak mentah dari wilayah pengekspor utama sehingga membayangi prospek pasokan global yang lebih kuat.
Dalam hal ini, Israel mengebom pusat kota Beirut pada dini hari Kamis, menewaskan sedikitnya enam orang, setelah pasukannya mengalami hari paling mematikan di garis depan Lebanon dalam setahun bentrokan melawan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran.
Selain itu, sentimen Pelemahan Rupiah juga terjadi akibat Presiden Richmond Fed Thomas Barkin mengatakan pada Rabu (2/10) bahwa pemotongan suku bunga 50 basis poin bulan lalu merupakan pengakuan bahwa suku bunga kebijakannya "tidak sinkron" dengan kondisi ekonomi saat ini, tetapi tidak boleh dianggap sebagai tanda bahwa pertempuran melawan inflasi telah berakhir.
Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal untuk membuka ruang pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate lebih lanjut hingga akhir tahun ini. Hal ini seiring dengan kondisi inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong.
“BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi, seperti kebijakan suku bunga AS, dan Eropa, dan perkembangan ekonomi China,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya, Kamis (3/10).
Perlu diketahui, BI memangkas BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024 lalu sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00 persen. Sementara, suku bunga AS atau Fed Funds Rate (FFR) pada September 2024 menjadi 4,75–5,00 persen.
Di sisi lain, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid, terutama bagi industri perbankan. Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selajutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit.